KST Sumber Konflik Bagi Papua - Seputar Sumsel

Rabu, 27 Oktober 2021

KST Sumber Konflik Bagi Papua

 


Oleh : Rebeca Marian )*

Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua merupakan sumber konflik Papua. Keberadaan pelu ditumpas habis karena tidak saja menimbulkan korban jiwa namun juga menghambat pembangunan di Papua.

Kelompok Separatis Teroris (KST) ditengarai menjadi biang kerok penembakan Pesawat Smart Air yang hendak mendarat di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Ulah brutal KST tersebut mengakibatkan sayap pesawat di sebelah kiri berlubang. Saat pesawat hendak terbang kembali ke Oksibil, pesawat mengalami serangan tembakan berulang.

Diketahui pesawat Smart Air yang terbang dari Timika Menuju Kiwirok yang dipiloti oleh Guntardi tersebut membawa bahan makanan dan juga tiga orang penumpang dari aparat keamanan. Belum diketahui dari kesatuan atau instansi mana maupun identitas dari ketiga aparat keamanan yang ikut dalam pesawat. Saat ini pesawat sudah dilaporkan kembali ke Oksibil Ibukota Pegunungan Bintang.

Kol Arm Reza Nur Patria selaku Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih menuturkan belum mendapat informasi terkait keberadaan aparat keamanan di dalam pesawat yang mendapatkan serangan tembakan tersebut.

Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNB-OPM) Sebby Sambom menuturkan, pesawat tersebut ditembak karena diketahui membawa personel TNI.

Jika selama ini KST menyatakan berjuang untuk melepaskan Papua dari NKRI, aksi tersebut nyatanya hanya membuat masyarakat takut, kenyataannya rakyat sipil menjadi korban kekerasan dan penembakan.

Sebelumnya, Kapolda Papua, Irjen Paulus Waterpauw, mengatakan KST merupakan sekelompok orang yang sering bergerombol dan melakukan gangguan keamanan. Paulus menegaskan bahwa dirinya selalu mengkategorikan KST sebagai free man. Hidupnya hanya melakukan kekerasan, menakutkan semua orang, mengancam semua orang dengan senjata.

Tentu saja kekejaman yang dilakukan KST yang dulu disebut KST tidak bisa ditolerir lagi. Negara juga harus segera berbuat atau bertindak. Agar korban jiwa di kalangan masyarakat Papua tidak lagi berjatuhan, negara harus bertindak tegas dan terukur.

Ketika negara bertindak tegas dan anggota KST menyerah, mereka harus dihadapkan ke proses hukum untuk mempertanggungjawabkan aksi kekerasan bersenjata yang meraka lakukan selama ini. Sebaliknya, jika tindakan tegas negara direspons dengan serangan bersenjata yang mematikan oleh KST, tidak salah juga jika prajurit TNI-Polri pun melancarkan serangan balasan atas nama bela negara dan melindungi segenap tumpah darah.

Eksistensi KST di Papua dengan semua aksi bejadnya selama ini pasti menimbulkan rasa takut yang tak berkesudahan bagi warga setempat. Tidak salah jika warga Papua meradang dan mengekspresikan kecemburuan mereka terhadap saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air di wilayah lain yang boleh menikmati dinamika kehidupan normal tanpa rasa takut oleh serangan dadakan dari KST.

Dengan adanya kekejaman yang sudah jelas melanggar HAM, tentu saja negara wajib hadir dengan tujuan yang jelas, yakni melindungi warga Papua agar bisa menjalani kehidupan dengan normal, tanpa dibayang-bayangi teror dan ketakutan. Ketika Papua kembali damai dan kondusif tanpa konflik yang melibatkan senjata api, pemerintah bisa dengan tenang melanjutkan pembangunan di Bumi Cenderawasih

Memerangi dan membebaskan Papua dari beragam teror dan kejahatan kemanusia oleh KST merupakan wujud nyata bagi negara untuk melindungi hak dasar masyarakat Papua. KST memang tidak henti-hentinya menyuarakan narasi untuk berpisah dari NKRI, kelompok tersebut juga menghalalkan segala cara seperti membuat kerusuhan, membakar fasilitas umum hingga melakukan penyerangan kepada aparat keamanan.

Perlu kita ketahui bahwa PBB telah menolak rencana referendum Papua, dan memutuskan bahwa Papua dan Papua Barat merupakan bagian dari Indonesia yang tidak bisa diganggu gugat. Keputusan tersebut disampaikan oleh Duta Besar/wakil tetap Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dian Triansyah Djani di Jenewa.

KST telah secara nyata menjadi sumber konflik bagi Papua, mereka kerap melakukan penyerangan untuk menunjukkan eksistensinya. Keberadaan kelompok tersebut juga telah secara nyata mengacaukan kedamaian masyarakat sipil yang tinggal di Papua.


)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta 




Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda