Pemuka Agama Papua Tolak HUT OPM - Seputar Sumsel

Rabu, 01 Desember 2021

Pemuka Agama Papua Tolak HUT OPM


Oleh : Moses Waker )*

Hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) tanggal 1 desember adalah hari yang mendebarkan karena biasanya mereka merayakannya dengan turun gunung, sehingga ada potensi kerusuhan. Pemuka agama di Papua sendiri tidak menyukai OPM dan menolak peringatan ulang tahun organisasi pemberontak tersebut. 

Apa yang Anda ketahui tentang Papua? Daerah di Indonesia timur amat populer akan keindahan alamnya, dengan puncak Gunung Jayawijaya yang bersalju, dan Raja Ampat yang jadi tempat diving. Sayang sekali selain pariwisatanya, Bumi Cendrawasih selama ini juga dikenal dengan organisasi Papua merdeka (OPM) yang selalu membelot sejak puluhan tahun lalu.

Keberadaan OPM selama ini sangat mengganggu karena mereka membuat kerusuhan di Papua. Melalui kaki tangannya yakni KST (kelompok separatis dan teroris), mereka sering sekali melukai rakyat sipil, sehingga ada korban jiwa. Alasannya selalu sama: kecurigaan akan rakyat sipil yang diduga aparat. Apalagi jelang ulang tahunnya 1 desember nanti, akan ada lebih banyak kekacauan gara-gara OPM.

Para pemuka agama di Papua tidak menyetujui peringatan ulang tahun OPM. Penyebabnya karena pada akhir tahun 2020 lalu OPM dengan kejam membunuh Pendeta Yeremia Zanambani di Hidatipa, Papua. Kekejian OPM yang tega mengambil nyawa seorang pemuka agama, membuat mereka tidak menyetujui ulang tahun OPM.

Para pastor juga melakukan deklarasi dan menyatakan perdamaian untuk Papua. Menurut mereka tidak boleh ada kekerasan di Bumi Cendrawasih. Penyebabnya karena kekerasan tidak akan mengubah keadaan dan akan menambah sederet masalah. Ketika ada ulang tahun OPM yang dirayakan dengan pengibaran bendera bintang kejora dan kerusuhan, mereka dengan tegas menolaknya.

Ulang tahun adalah hari yang indah, oleh sebab itu amat tidak pantas ketika ada hari kelahiran, malah dirayakan dengan kerusuhan. Penyebabnya karena akan merusak esensi hari ulang tahun itu sendiri. Jika OPM mengaku berbahagia saat ulang tahun, mengapa malah menyakiti orang lain atau malah menghilangkan nyawa? Padahal yang jadi korban adalah saudara sesukunya sendiri.

Penolakan hari ulang tahun OPM oleh para tokoh agama dan masyarakat Papua sendiri adalah hal yang wajar. Mereka sudah muak dengan tingkah KST dan OPM yang selama ini selalu membuat kerusuhan, baik di Intan Jaya, Yahukimo, maupun daerah lain di Bumi Cendrawasih. Ketika ada OPM maka masyarakat tidak tenang karena takut tertembak.

Selain itu, para tokoh agama tidak suka akan OPM yang selalu membual. Mereka mengiming-imingi janji manis tentang referendum. Padahal itu hanya mimpi di siang bolong. Republik federal papua barat tidak akan berdiri ketika pemimpinnya hanya berambisi negatif dan penuh dengan kekerasan.

Bagaimana bisa OPM jadi pemimpin ketika tingkat pendidikannya saja dipertanyakan? Mereka juga terlalu mudah emosi dan paranoid, terbukti ketika sering mencurigai warga sipil sebagai mata-mata aparat. Jika pemimpinnya seperti itu maka akan lekas hancur negaranya, karena memang tidak punya kecakapan.

Masyarakat Papua juga sepakat dengan para tokoh agama. Mereka tidak mau diajak mengibarkan bendera bintang kejora (bendera OPM) walau yang ukuran kecil. Warga di Bumi cendrawasih setia kepada NKRI dan tidak mau jika diajak membelot serta merayakan ulang tahun OPM.

Ulang tahun OPM 1 desember nanti jadi hari yang menegangkan karena  berpotensi menimbulkan kerusuhan di Papua. Untuk mencegahnya maka pengamanan makin diperketat. Para tokoh agama tidak menyetujui perayaan ulang tahun OPM karena organisasi itu jelas terlarang dan mereka melakukan pembelotan yang melanggar hukum.


)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta 


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda