Penceramah Agen Penting Wujudkan Moderasi Beragama - Seputar Sumsel

Rabu, 27 April 2022

Penceramah Agen Penting Wujudkan Moderasi Beragama



Oleh : Alif Fikri )*

Penceramah adalah agen moderasi beragama karena mereka memiliki panggung dan pengikut yang besar. Dengan adanya peran aktif penceramah dalam menyuarakan moderasi beragama, toleransi antar umar beragama akan semakin meningkat.

Saat ini makin banyak penceramah, baik yang siaran di radio, acara televisi, maupun media sosial. Mereka yang rata-rata lulusan pesantren berdakwah demi perdamaian dan kemaslahatan umat. Penceramah amat dihormati karena menjadi guru dalam menuntun cara-cara beribadah dan berperilaku baik di pergaulan masyarakat.

Akan tetapi penceramah juga wajib paham bahwa posisi mereka yang strategis dan dihormati, wajib untuk membantu pemerintah. Caranya dengan mewujudkan moderasi beragama di negeri ini dan memviralkannya. Penyebabnya karena moderasi beragama amat baik untuk menahan laju radikalisme dan terorisme.

Moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang perilaku beragama yang moderat, toleran, menghargai perbedaan, dan selalu mengejawantahkan kemaslahatan bersama. Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Papua mengimbau para penceramah harus mampu menjadi agen moderasi beragama serta memiliki wawasan kebangsaan yang baik.

Dalam artian, posisi penceramah wajib dimanfaatkan untuk mempengaruhi jamaah. Seorang ustad dan kiai bisa memberi contoh-contoh moderasi beragama dan menjadi corong pemerintah dalam hal toleransi. Bangsa ini butuh moderasi beragama agar tidak ada bibit-bibit ekstrimisme dan radikalisme yang bisa menghancurkan negeri ini.

Penceramah wajib membantu pemerintah dalam menyebarkan moderasi beragama karena ucapannya pasti dituruti oleh jamaah. Ketika ia mempromosikan toleransi sebagai bagian dari cara-cara untuk meraih pahala maka akan ada banyak orang yang saling menghormati. Walaupun keyakinannya berbeda tetapi tetap saling menghargai.

Amsal Yowei, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Ka Kanwil Kemenag) Papua menyatakan bahwa sebagai mitra pemerintah, penceramah dan penyuluh agama harus mampu memposisikan diri tanpa memihak pihak manapun. Penceramah harus memberi pesan dan edukasi yang menyejukkan, serta mampu memberikan pelayanan keagamaan kepada masyarakat tanpa memandang golongan maupun status. Apalagi moderasi beragama adalah salah satu dari program Kemenag tahun 2022.

Dalam artian, penceramah tidak hanya berdakwah tentang hikmah puasa, zakat fitrah, sedekah, dan lain-lain.  Namun seorang mubaligh juga mengajarkan tentang toleransi dan moderasi beragama. Ia juga tak boleh memihak atau hanya mengajarkan ajaran dari mahzab tertentu.

Peran penceramah amat penting karena dihormati oleh masyarakat. Mereka wajib memanfaatkannya sehingga jamaah akan paham arti moderasi beragama. Penyebabnya karena masih banyak yang belum tahu apa arti dari moderasi beragama. Jadi tugasnya yang pertama adalah memberi tahu artinya dan memberikan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu ajaran inti dalam moderasi beragama adalah toleransi. Penceramah bisa berdakwah bahwa toleransi diperlukan dalam membangun negeri ini. Jamaah tidak hanya membangun hubungan baik dengan Yang Maha Esa tetapi juga ke sesama manusia, walau keyakinannya berbeda.

Contoh ceramah moderasi beragama adalah pemaparan ayat dalam kitab suci yang mewajibkan umat untuk berbuat baik dan adil. Di sini, yang dimaksud berbuat baik tidak hanya ke mereka yang seagama, tetapi juga ke yang berbeda.

Perbedaan tidak usah dibesar-besarkan. Inti dari toleransi yang diajarkan oleh penceramah adalah saling menghormati. Ketika bulan desember maka tidak akan panas dingin ketika melihat dekorasi serba merah dan hijau, topi merah, dan patung santa claus. Melainkan umat paham bahwa ini adalah cara mereka menyambut hari rayanya.

Para penceramah memiliki peran yang amat penting dalam menyebarkan moderasi beragama. Dengan adanya peran aktif penceramah, maka masyarakat diharapkan dapat lebih tergerak dan menerima konsep moderasi beragama sebagai salah satu kunci merawat persatuan Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute 





















































Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda