KUHP Tidak Melanggar Hak Asasi Manusia - Seputar Sumsel

Jumat, 23 Desember 2022

KUHP Tidak Melanggar Hak Asasi Manusia

Oleh : Janu Farid Kesar )*

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah UU yang disambut baik setelah disahkan, karena akan mencapai keadilan di Indonesia. Tidak benar jika KUHP melanggar hak asasi manusia (HAM) karena kasus HAM yang sudah lama tidak akan kedaluwarsa. Pemerintah akan terus menjunjung tinggi HAM dan masyarakat juga terlindungi dari kejahatan pidana.

KUHP sudah diresmikan dan hukum pidana akan lebih sempurna dan melindungi masyarakat dari berbagai tindak kejahatan. Hukum modern akan diberlakukan dan membina mereka yang pernah berbuat salah. Selain itu, KUHP melindungi kebebasan masyarakat sipil Indonesia, sekaligus melindungi hak asasi manusia.

Masyarakat pro KUHP karena memperkuat upaya negara dalam melindungi hak asasi manusia. Selain itu, KUHP juga melindungi kebebasan sipil, baik dalam hal bertindak maupun berpendapat. Tidak benar jika ada pihak yang menuding bahwa KUHP melanggar HAM.

Albert Aries, Juru Bicara Sosialisasi KUHP, menyatakan bahwa tidak benar jika dikatakan pengaturan dua tindak pidana berat HAM dalam bab tindak pidana khusus KUHP menjadikan penegakan hukumnya menjadi kedaluwarsa. Dalam artian, sebuah kasus tindak pidana berat tidak akan kedaluwarsa setelah KUHP disahkan dan diberlakukan di Indonesia.

Jika sebuah kasus kedaluwarsa maka tidak dilanjutkan lagi, biasanya karena durasinya terlalu lama (20 tahun). Tetapi dalam KUHP ada jaminan jika penegakan hukum kasus HAM tidak kedaluwarsa, karena UU ini tidak bertentangan dengan UU pengadilan HAM. Di mana dalam KUHP terdapat hukuman terhadap kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Albert Aries melanjutkan, meski aturannya sudah ada di UU kemanusiaan, tetapi tetap dimasukkan dalam KUHP. Penyebabnya karena untuk rekodifikasi. Kemudian, dalam Pasal 187 KUHP disebutkan: setiap ketentuan tindak pidana khusus, termasuk dalam UU Pengadilan HAM, akan tetap berlaku.

Dalam artian, masyarakat tidak usah takut akan KUHP karena akan tetap menjunjung HAM. UU Pengadilan HAM tidak akan bertentangan dengan KUHP. Hak asasi manusia di Indonesia akan tetap djaga.

Sementara itu, Abdul Haris S, Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM RI, menyatakan bahwa ia mendukung KUHP karena ada pasal-pasal yang mendukung hak asasi manusia. Di antaranya Pasal 440 KUHP dan Pasal  529 KUHP, serta Pasal 65 KUHP. Dalam artian, pasal-pasal tersebut membela HAM rakyat Indonesia, oleh karena itu didukung penuh oleh Komnas HAM.

Dalam Pasal 440 KUHP isinya: barang siapa menghina atau melakukan pencemaran nama baik di depan umum, terancam pidana maksimal 6 bulan atau denda kategori II. Sedangkan denda kategori II adalah sebesar Rp7.500.000.

Jika ada yang menghina atau melakukan pencemaran nama baik maka ia bisa terkena Pasal 440 KUHP. Hak asasi manusia orang yang dihina atau dicemarkan nama baiknya terlindungi oleh pasal ini. Ia tidak takut akan dihina di depan umum, baik oleh orang yang dikenal atau tak dikenal. Hak asasinya terlindungi oleh KUHP karena jika ada yang menghina, bisa langsung dilaporkan dan dipidana.

Kemudian, rakyat Indonesia juga terlindungi dari kasus pencemaran nama baik. Penyebabnya karena tidak akan ada lagi orang yang terang-terangan menjelekkan namanya. Baik ketika mendekati pemilihan umum (karena ia adalah calon legislatif) maupun di waktu yang lain (saat ia berstatus warga sipil biasa). Kasus pencemaran nama baik selain memalukan juga berefek panjang, dan untuk mencegah balas dendam maka dibuatlah pasalnya.

Dalam Pasal 529 KUHP diterangkan bahwa ada penghukuman terhadap pejabat publik atau pelaku yang melakukan intimidasi dan penyiksaan di proses penegakan hukum. Dalam artian, jika ada intimidasi terhadap rakyat maka ia boleh melaporkannya dan pelakunya akan terkena Pasal 529 KUHP. Tak peduli ia adalah pejabat publik yang memiliki jabatan tinggi.

Padal 529 KUHP melindungi hak asasi masyarakat Indonesia, terutama rakyat kecil. Rakyat bisa bebas dari intimidasi oknum pejabat. Misalnya ketika ada sengketa dan seseorang merasa diintimidasi, padahal ia berada di posisi yang benar. Ia bisa melaporkan pelaku intimidasi, tak peduli jika yang melakukannya adalah pejabat tinggi. Hukum tidak pandang bulu dan akan mempidanakan pejabat, jika ia bersalah.

Abdul Haris menambahkan, Pasal 529 KUHP merupakan pengakuan terhadap konvensi anti penyiksaan yang sudah diratifikasi pada tahun 1998 lalu. Pelaku penyiksaan akan bisa dipidana. Dalam artian, hak asasi rakyat akan dilindungi dari siksaan okum pejabat atau pelaku lain jika mereka berada dalam proses penegakan hukum.

Kemudian, Pasal 65 KUHP dijelaskan jika ada beberapa perbuatan kejahatan yang sejenis maka hukumannya hanya satu pidana. Hal ini bukan untuk melindungi pelaku. Melainkan untuk memperlihatkan bahwa pemerintah menegakkan HAM, bahkan untuk seorang narapidana.

KUHP baru merupakan kitab hukum pidana yang terus disempurnakan. KUHP tidak pernah melanggar HAM karena kejahatan HAM akan tetap diadili dan tidak akan kedaluwarsa. Masyarakat tidak usah khawatir karena pemerintah menjunjung tinggi HAM di Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda