Waspada Hoaks Polisi di Masjid Sumbar, Aparat Keamanan Tidak Mungkin Lecehkan Tempat Ibadah
Oleh : Muhammad Fauzi )*
Masyarakat diminta untuk mewaspadai isu bohong atau berita hoaks yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan berbagai macam framing serta narasi yang sangat menyesatkan menyebar di masyarakat melalui media sosial. Adanya potongan video viral yang menunjukkan polisi masuk ke masjid di Sumbar itu bukanlah melecehkan tempat ibadah lantaran disana bukanlah ruangan untuk sholat, namun memang merupakan aula untuk kegiatan yang umumnya digunakan oleh masyarakat.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Suharyono menegaskan bahwa sejatinya sebagian besar jajarannya merupakan umat Islam, sehingga sangat tidak mungkin bagi aparat keamanan dan jajarannya untuk melakukan pelecehan kepada rumah ibadah sebagaimana viralnya isu berita bohong atau hoaks mengenai polisi yang masuk kedalam Masjid Raya di Sumbar dan telah beredar di masyarakat belakangan ini.
Bukan hanya itu, namun dirinya juga membantah dengan sangat tegas pula mengenai bagaimana narasi dalam potongan video yang viral itu dan seolah-olah memberikan framing bahwa aparat keamanan anggota Brigade Mobile (Brimob) telah melakukan pengusiran secara paksa kepada warga Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat.
Padahal, kejadian yang sebenarnya terjadi adalah jajaran aparat keamanan kala itu tidak masuk ke tempat shalat di masjid tersebut. Sehingga sudah sangat jelas bahwa adanya framing dengan narasi tertentu dan juga upaya untuk menyebarluaskan potongan video yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan tersebut merupakan isu berita bohong atau hoaks.
Tidak hanya hoaks saja, namun ditengarai bahwa pihak yang menyebarkan potongan video kemudian menambahkan narasi-narasi di sana yang berkecenderungan mendiskreditkan aparat keamanan yang seolah-olah dikatakan telah masuk ke rumah ibadah masyarakat Muslim, yakni masjid dengan memakai sepatu.
Justru yang sebenarnya terjadi adalah para aparat keamanan kala itu pertama kali yang masuk ke dalam ruangan di masjid tersebut yakni jajaran dari polisi wanita (polwan). Mereka masuk ke sana dengan bertujuan untuk mengajak para pendemo yang berada di Masjid Raya Sumatera Barat tersebut keluar dan berpindah tempat ke dalam bus saja. Kemudian setelah kejadian itu ada polisi laki-laki yang masuk, dan seluruhnya terjadi di lantai dasar masjid. Namun karena memang lantai ubin dari Masjid Raya itu memang bersih dan ada tikar berwarna merah di sana, seolah seperti terlihat bahwa itu adalah tempat sholat, padahal itu sama sekali bukan tempat sholat, melainkan aula pertemuan untuk umum yang memang biasanya dipergunakan oleh masyarakat.
Kondisi di sana kala itu memang masyarakat pendemo tidur di lantai bawah dengan hanya beralaskan tikar, koran dan plastik saja. Sehingga aparat keamanan tatkala mengetahui secara langsung dilokasi kejadian merasa sangat kasihan kepada masyarakat pendemo, terlebih juga khawatir jika nanti ada anak-anak yang sakit. Untuk itu jajaran polisi kemudian berusaha untuk mengevakuasi mereka agar mau masuk ke dalam bus karena merasa apabila melakukan pembiaran dengan kondisi demikian justru sama sekali tidaklah manusiawi.
Terlebih, para anggota jajaran aparat keamanan dari Polda Sumatera Barat juga membantu para pendemo yang berada di Masjid Raya Sumbar untuk kembali ke kampung halaman mereka masing-masing secara sangat humanis dengan sama sekali tidak adanya unsur kekerasan ataupun paksaan sebagaimana terframing atau narasi sesat yang beredar dalam potongan video yang viral itu.
Sementara itu, Pengurus Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar), Yuzardi Ma’ad juga memberikan penjelasan secara langsung terkait dengan beredarnya video viral dengan framing yang sama sekali tidak benar itu. Menurutnya bahkan sama sekali tidak ada yang salah dari tindakan aparat keamanan kala itu.
Pasalnya memang objek yang dimaksud dan terekam dalam video tersebut memang bukanlah ruangan sholat, melainkan sebuah aula yang terletak di lantai dasar masjid. Kemudian karpet merah yang juga terekam dalam video itu bukanlah merupakan sajadah, melainkan itu adalah bekas alas tidur yang dipakai oleh para pendemo. Memang ruangan itu diperuntukkan sebagai tempat istirahat para peserta aksi demonstrasi asal Nagari Air Bangis.
Setelah mengetahui bahwa ternyata kejadian tersebut menjadi viral dengan adanya potongan video dan disertai narasi atau framing yang sangat menyesatkan, Yuzardi selaku pengurus Masjid Raya Sumbar langsung merasa terpanggil untuk melakukan penjelasan akan situasi yang sebenarnya supaya tidak timbul fitnah dan berita hoaks itu agar tidak semakin berkembang luas di masyarakat. Terlebih, pada saat kejadian memang dirinya berada secara langsung di lokasi sehingga mengetahui betul bagaimana di sana.
Tentu saja tugas utama dari aparat keamanan adalah melindungi dan juga mengayomi seluruh masyarakat di Indonesia, sehingga sama sekali tidak mungkin pihak apkam melakukan tindak pelecehan kepada rumah ibadah. Justru bagaimana potongan video yang viral dan kemudian ditambah dengan narasi menyesatkan itu semuanya adalah hoaks, karena polisi di Masjid Raya Sumbar kala itu justru hendak mengevakuasi para pendemo agar mau berpindah lokasi ke dalam bus lantaran tidak tega dan khawatir melihat mereka tidur di lantai bawah hanya beralaskan tikar dan koran saja.
)* Penulis adalah kontributor Forum Literasi Milenial Sumatera Barat