Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Masyarakat Menjaga Toleransi Untuk Ciptakan Pemilu Damai

Oleh : Aditya Anggara )*

Pesta demokrasi atau Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata dan sebagai warga negara Indonesia, saatnya kita membuka mata dan turut berpartisipasi dalam memilih calon pemimpin selanjutnya. Jelang pelaksanaan Pemilu masyarakat berperan penting untuk menciptakan Pemilu damai dengan saling menjaga toleransi. Hal tersebut sangat dibutuhkan mengingat pelaksanaan Pemilu sangat rawan terjadinya konflik, sehingga masyarakat harus memahami bahwa perbedaan bukanlah faktor yang menimbulkan perpecahan, melainkan pelita yang menerangi jalan menuju perdamaian.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik kita harus menjadikan Pemilu 2024 sebagai panggung toleransi. Toleransi adalah aspek penting dalam memastikan Pemilu yang damai dan demokratis, karena dengan meningkatkan toleransi di antara masyarakat dapat membantu mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif selama periode Pemilu. Selain itu, toleransi merupakan kunci untuk menjaga Pemilu dapat berjalan dengan aman dan kondusif. Dalam hal ini berarti kita menghargai setiap pilihan dan perbedaan yang ada. Sehingga dalam suasana toleransi, kita dapat berdebat, memilih, dan kemudian menerima hasilnya dengan lapang dada, tanpa merusak hubungan antar sesama warga negara.

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Kekayaan-kekayaan tesebutlah yang menjadikan Indonesia memiliki keunikan dan perbedaan yang patut patut untuk dijaga. Perbedaan merupakan bagian alami dari masyarakat Indonesia, dan seharusnya tidak menjadi sumber konflik. Karena perbedaan adalah pelita yang menerangi jalan menuju perdamaian jika kita mampu menjaganya dengan bijak.

Pemilu adalah saat kita, sebagai pemilih, menyuarakan suara kita. Ini merupakan hak istimewa yang perlu dihormati dan dijaga dengan baik. Saat kita pergi ke bilik suara, kita menjalankan hak demokratis kita untuk memilih pemimpin dan perwakilan kita. Saat itu pula, kita perlu ingat bahwa teman-teman sebangsa kita memiliki hak yang sama untuk menyuarakan suara mereka.

Presiden Joko Widodo mengatakan pihaknya meminta situasi bangsa yang kondusif perlu dijaga bersama agar tetap sejuk, damai serta toleran dan saling menghormati satu sama lain. Apalagi, memasuki tahun politk seperti saat ini, persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga dengan sungguh-sungguh untuk menghindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya proses pelaksanaan Pemilu.

Jelang pelaksanaan Pemilu, toleransi memainkan peran kunci dalam menciptakan Pemilu yang damai. Karena ketika masyarakat memiliki tingkat toleransi yang tinggi, mereka lebih cenderung untuk mengatasi perbedaan pendapat secara damai dan menghormati hak-hak orang lain untuk memiliki pandangan yang berbeda. Masyarakat yang toleran cenderung lebih terlibat secara positif dalam proses politik. Mereka lebih mungkin untuk memilih berpartisipasi aktif, berkontribusi pada diskusi publik, dan mencari solusi damai untuk konflik.

Selain itu, toleransi juga mendorong kampanye politik yang lebih positif dan berfokus pada isu-isu substantif daripada saling menyerang secara personal. Hal ini dapat menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat. Sehingga masyarakat yang toleran lebih mungkin menerima hasil Pemilu dengan damai, bahkan jika kandidat atau partai yang mereka dukung kalah, mereka menyadari bahwa Pemilu adalah bagian dari proses demokrasi, dan penerimaan hasilnya merupakan aspek penting dari kedewasaan berdemokrasi. Ketika masyarakat saling menghormati dan menghargai perbedaan, risiko terjadinya kekerasan atau konflik dapat berkurang. Sehingga toleransi membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif selama Pemilu.

Hal senada juga dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy yang menyatakan bahwa setiap Warga Negara Indonesia dari seluruh suku bangsa, agama, dan ras wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Apalagi menjelang pelaksanaan Pemilu 2024, meskipun setiap warga negara Indonesia memiliki perbedaan pilihan politik, tetapi untuk mewujudkan harmoni kesatuan harus memperkuat rasa toleransi dan juga kesamaan. Dalam arti memperkuat kesamaan sebagai warga negara Indonesia dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.

Meningkatkan toleransi memerlukan upaya bersama dari semua pihak dalam masyarakat. Semakin toleran masyarakat, semakin baik kemungkinan terciptanya lingkungan yang damai selama Pemilu dan setelahnya. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dan partisipasi dari individu, kelompok, lembaga, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan toleran.

Beberapa aspek yang menunjukkan pentingnya upaya bersama dari semua pihak yaitu dengan melalui pendidikan. Sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan memiliki peran kunci dalam membentuk sikap toleransi. Kurikulum dapat mencakup pelajaran tentang multikulturalisme, hak asasi manusia, dan pemahaman lintas-budaya. Setelah pendidikan, organisasi masyarakat sipil juga berperan penting dalam meningkatkan rasa toleransi di tengah masyarakat. Kelompok masyarakat sipil, seperti organisasi non-pemerintah (NGO) dan kelompok advokasi, dapat memainkan peran aktif dalam meningkatkan toleransi. Mereka dapat menyelenggarakan kampanye, lokakarya, dan kegiatan lainnya yang mendukung pemahaman dan kesejahteraan lintas-budaya.

Selain itu dapat juga melalui agama dan tokoh keagamaan. Tokoh keagamaan dapat memainkan peran penting dalam mendukung toleransi dengan mengajarkan nilai-nilai perdamaian, penghormatan, dan kerjasama antarumat beragama. Sehingga masyarakat dapat memahami betapa pentingnya saling menghormati perbedaan untuk menjaga kerukunan bersama menjelang Pemilu 2024.

Penting untuk diingat bahwa toleransi bukanlah tugas yang selesai dalam satu waktu, melainkan usaha berkelanjutan yang melibatkan komitmen jangka panjang dari seluruh masyarakat. Dengan bekerja bersama, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan inklusif untuk semua orang.

)* Penulis adalah Pengamat Politik Dalam Negeri