Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

G20 Tingkatkan Ekonomi dan Devisa Negara


Oleh: Jojo Suhendar

Pandemi Covid19 telah memberikan dampak yang luar biasa bagi seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Tidak hanya berdampak bagi sektor kesehatan, tetapi juga mempengaruhi kondisi ekonomi dunia yang terus mengalami penurunan. Dampak ini melahirkan semangat baru bagi Indonesia untuk berjuang menghadapi segala krisis yang terjadi khususnya pada sektor perekonomian.

Forum Internasional G20 merupakan salah satu upaya nyata yang dilakukan Indonesia dalam memulihkan perekonomian nasional. G20 atau Group of Twenty merupakan forum kerjasama dan diskusi internasional yang beranggotakan dari 19 negara dengan perekonomian kelas menengah hingga tinggi, negara berkembang hingga negara maju di dunia dan 1 lembaga negara Uni Eropa. Pada tahun ini, Indonesia diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah dari Presidensi G20 yang berlangsung sejak Desember 2021 sampai dengan November 2022.

G20 memastikan stabilitas keuangan, mendorong pertumbuhan ekonomi guna mengurangi risiko dan krisis keuangan global di masa depan, serta menciptakan arsitektur keuangan internasional baru. Semua negara yang tergabung dalam Presidensi G20 menyumbang sekitar 80% dari PDB dunia, 75% di antaranya berasal dari perdagangan internasional, dan 60% berasal dari keseluruhan jumlah populasi. Presidensi G20 ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan pembangunan global yang inklusif. Dengan begitu, G20 dapat meningkatkan integrasi negara-negara berkembang dalam sektor ekonomi agar pertumbuhan keuangan menjadi lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan stabil.

Menjadi tuan rumah Presidensi G20, Indonesia tentunya merasakan banyak manfaat khususnya di sektor ekonomi, seperti adanya peningkatan okupansi perhotelan selama G20 ini diselenggarakan hingga meningkatnya jumlah wisatawan yang masuk dari luar negeri ke Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Sandiaga Uno memprediksi total kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hingga akhir tahun 2022 sebanyak 2,5 juta orang. Angka tersebut didapat melalui prediksi tren pergerakan kunjungan turis asing pada paruh pertama 2022. Adapun angka ini berada dalam rentang target Kemenparekraf sebanyak 1,8 juta hingga 3,6 juta turis sepanjang tahun ini.

Pergerakan wisatawan mancanegara (wisman) juga akan didukung oleh Presidensi G20 di mana kegiatan tersebut akan menyumbang 40-50 ribu kunjungan wisman dari berbagai negara, baik delegasi maupun pendamping. Dengan proyeksi jumlah wisman yang akan datang hingga akhir tahun mencapai 2,5 juta kunjungan, total devisa negara yang bisa diraup oleh Indonesia bisa mencapai US$500 juta sampai dengan US$1,7 Miliar yang hanya berasal dari sektor pariwisata saja, belum dari sektor lainnya.

Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia yang dirilis oleh Bank Indonesia per-Agustus Tahun 2022, penerimaan devisa wisatawan mancanegara pada semester pertama 2022 sebesar US$1,84 Miliar di mana sektor pariwisata berkontribusi sebesar 4,5% untuk PDB Indonesia.

Selain itu, berlanjutnya kerjasama para pelaku usaha yang ikut tergabung ke dalam rombongan G20 juga memberikan dampak positif bagi perputaran ekonomi negara. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan digitalisasi dan teknologi. Sandiaga Uno menyatakan bahwa akan terciptanya 700 ribu lapangan pekerjaan baru ditopang kinerja bagus di berbagai sektor seperti kuliner, fashion, dan kriya. Rangkaian kegiatan Presidensi G20 ini juga akan melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati gelaran Presidensi G20 akan menciptakan kontribusi sebesar US$533 juta atau sekitar Rp7,4 Triliun pada PDB Indonesia. Konsumsi domestik juga mengalami peningkatan hingga mencapai Rp1,7 Triliun. Bila perekonomian membaik, maka Indonesia akan menerima dampak positifnya seperti meningkatnya kegiatan ekspor-impor, penerimaan pajak tumbuh lebih dari 18%, penerimaan bea cukai tumbuh lebih dari 24%, dan penerimaan PNPB tumbuh lebih dari 23%.

Tidak mau kalah, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pun mengungkapkan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan menarik investasi pada UMKM dalam negeri, mengingat saat ini 80% investor global berasal dari negara-negara anggota G20 karena hal ini menjadi momentum yang tepat untuk mengangkat ekonomi lokal dan para pelaku UMKM.

Besarnya investasi yang dikeluarkan pemerintah dalam rangkaian kegiatan G20 bisa memberikan keuntungan bagi negara hingga berkali lipat. Sekretaris Pusat International Center for Applied Finance and Economis (InterCAFE) LPPM IPB, Syamsul Hidayat Pasaribu mengatakan sisi positif dari G20 adalah tidak memusatkan rangkaian acara hanya pada satu sisi tempat saja, melainkan di berbagai lokasi lainnya seperti Bali, Papua, Jakarta, Bogor, Bandung, dan lain sebagainya. Penempatan yang tersebar di seluruh Indonesia dinilai sangat baik untuk pemerataan daerah sehingga mendapatkan dampak ekonomi yang baik pula.

Syamsul Hidayat Pasaribu menambahkan, Presidensi G20 menjadi ajang menjalin hubungan kerjasama yang positif bagi tiap negara agar dapat terbukanya akses pasar dan investasi di Indonesia. Ia juga berharap para pemangku kebijakan dapat memanfaatkan momen Presidensi G20 ini secara baik karena adanya kontribusi internasional bagi Indonesia dengan mengangkat beberapa isu yang menjadi keresahan masyarakat agar dapat ditemukan solusi dan jalan keluar yang tepat demi kepentingan nasional.

*) Penulis merupakan kontributor Persada Institute