Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Strategis Keketuaan Indonesia Dalam KTT ASEAN Tahun 2023

Oleh: Donny Parengkuan

KTT ASEAN tahun 2023 digelar di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur Indonesia. Peran strategis keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN tahun ini banyak ditunggu kalangan dunia internasional. Indonesia dinilai memiliki kekuatan untuk dapat melakukan keseimbangan di kawasan ASEAN sehingga seringkali diberikan kepercayaan untuk dapat menjaga stabilitas ekonomi dan politik negara – negara Asia Tenggara.

Indonesia sendiri sebelumnya telah empat kali memegang keketuaan ASEAN, yaitu di tahun 1976, 1996, 2003, dan terakhir di tahun 2011. Di tiap periode keketuaan tersebut, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan politik internasional yang tidak mudah.

Tentunya, tantangan yang dihadapi keketuaan Indonesia berbeda-beda di tiap periodenya. Misalnya, tantangan yang dihadapi keketuaan Indonesia di tahun 2011 berbeda dengan tantangan yang dihadapi keketuaan Indonesia di tahun 2023 ini.

Menilik perjalanan panjang peran Indonesia di kawasan regional ASEAN dapat dicermati pada tahun 2011, dimana Indonesia memegang tongkat keketuaan ASEAN pasca diadopsinya Piagam ASEAN di tahun 2008, diadopsinya Bali Concord III, serta memanasnya konflik antara Thailand dan Kamboja.

Dengan latar belakang dan situasi politik tersebut, keketuaan Indonesia di tahun 2011 telah berhasil membawa agenda untuk meningkatkan kepercayaan diri dan koherensi ASEAN agar dapat memainkan peranan dan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk turut menyelesaikan permasalahan dunia. Indonesia pun berhasil membuktikan strategi diplomasinya untuk memimpin pencarian solusi atas konflik Thailand dengan Kamboja.

Sementara itu, keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2023 memiliki tantangan dan permasalahan internasional yang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupun ekonomi. Pertama, tantangan datang dari persaingan negara besar, seperti antara Amerika Serikat dan China, serta Amerika Serikat dan Rusia.

Tantangan tersebut tentunya tidak mudah karena negara – negara besar tersebut memiliki kepentingan nasionalnya dengan beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia. Di sisi lain Indonesia juga harus bisa membawa ASEAN memiliki daya tawar terhadap negara – negara besar tersebut sehingga tidak hanya mengikuti kemauan dari negara – negara adidaya itu.

Kepentingan nasional negara – negara ASEAN harus juga diperhatikan agar tidak terjebak dengan pro kontra politik internasional yang saat ini semakin memanas dengan invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Selain itu juga, tantangan datang dari keadaan ekonomi yang masih dalam kondisi pemulihan pasca pandemi Covid-19 yang kemudian menimbulkan berbagai krisis–ekonomi, pangan, energi, hingga perang. Di samping isu Myanmar yang kembali menguji kapasitas dan efektivitas ASEAN dalam mengatasi permasalahan internal.

Pemulihan ekonomi negara – negara ASEAN menjadi sentral ketika pasca Covid-19 berkepanjangan, sejumlah negara ASEAN mengalami krisis maupun guncangan ekonomi yang merupakan imbas dari krisis global yang terjadi di beberapa negara di belahan dunia ini termasuk ASEAN.

Berbagai tantangan tersebut tentunya berpotensi untuk mengancam stabilitas kawasan, melemahkan sentralitas, dan mengancam relevansi ASEAN sebagai aktor yang berperan dalam membentuk tatanan di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.

Untuk itulah, keketuaan Indonesia pada tahun 2023  yang mengangkat tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth menjadi semakin relevan dalam menjadi pondasi stabilitas dan kemakmuran regional di Indo-Pasifik, dengan menjadi fasilitator menjadikan ASEAN relevan dan penting, tidak saja bagi rakyat Indonesia, tetapi juga bagi rakyat ASEAN dan rakyat di luar ASEAN.

Hal ini dilakukan dengan memperkuat kesiapan ASEAN dalam menghadapi tantangan saat ini dan di masa depan serta menghadapi ASEAN 2045, disamping itu juga dengan mengedepankan dialog mengenai Hak Asasi Manusia (HAM), mencegah perdagangan orang melalui penguatan kerjasama ASEAN.

Disisi lain penting pula upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif berkeadilan yang kuat dan berkelanjutan bermuara pada upaya mengembangkan kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan, dengan fokus pada aspek pengembangan arsitektur kesehatan, memperkuat ketahanan pangan, ketahanan energi  dengan mendukung transisi energi fosil ke energi bersih dan terbarukan serta memperkuat stabilitas keuangan untuk memastikan ketahanan ekonomi.

Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan tekad keketuaan Indonesia dalam mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan mengingat pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN selalu bertumbuh lebih tinggi dibandingkan negara lain di luar ASEAN.

Dengan tema yang diangkat, Indonesia bertekad untuk mengarahkan kerja sama ASEAN tahun ini guna melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan untuk kemakmuran seluruh masyarakat ASEAN. Selain itu, dengan tema tersebut Indonesia juga menginginkan ASEAN untuk memainkan peran sentral sehingga dapat menjadi motor dan berkontribusi bagi stabilitas dan perdamaian kawasan, termasuk Indo-Pasifik.

Bagi masyarakat lokal, khususnya warga Labuan Bajo, mendukung penuh KTT ASEAN 2023 akan sangat menguntungkan, dari segi ekonomi maupun pariwisata.

Suwandy, Kepala Desa Warloka, Labuan Bajo, menyatakan bahwa yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat itu sudah baik, dan ia berharap masyarakat bisa menjaga dan melestarikannya. Wilayah Labuan Bajo sebagai tuan rumah KTT ASEAN 2023 adalah hal yang luar biasa, dan menjadi peluang untuk lebih terkenal.

Dalam artian, masyarakat Labuan Bajo mendukung KTT ASEAN karena sangat menguntungkan bagi mereka, dan wilayah tersebut akan makin dikenal oleh warga Asia Tenggara dan seluruh dunia. Para jurnalis internasional akan datang meliput, terpukau akan kecantikan alam Labuan Bajo.

Wisata Labuan Bajo pun kian terkenal, dan kunjungan turis akan meningkatkan pendapatan dari para pengusaha lokal di sana setelah 3 tahun pandemi kini saatnya penuhi lagi okupansi hotel, baik dari peserta KTT maupun wisatawan asing yang ingin berlibur dan menikmati kecantikan alam NTT.

*) Penulis adalah Pengamat (Perhimpunan Bangsa – Bangsa Asia Tenggara) PERBARA Institute