Cegah Penularan Covid-19 dengan Prokes Ketat dan Vaksinasi
Oleh: Ayu Sri Mulyadi *)
Virus corona penyebab Covid-19 masih ada di sekitar kita. Meski kasus baru sempat menurun, ternyata belakangan ini angkanya kembali meningkat termasuk di Indonesia. Sebaiknya masyarakat mengenali gejala Covid-19 terbaru dan tetap waspada dengan meningkatkan protokol kesehatan (Prokes) termasuk terlibat aktif dalam menjalankan vaksinasi.
Perlu diketahui terdapat subvarian Covid-19 terbaru yakni subvarian BN.1 dimana Centers of Disease Control and Prevention (CDC) menyebut bahwa BN.1 merupakan subvarian dari varian Omicron. Namun, Indonesia hingga kini belum melaporkan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian tersebut. Subvarian BN.1 dilaporkan menimbulkan gejala ringan yang mirip dengan flu dan tidak jauh berbeda dengan gejala-gejala varian pendahulunya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro, memastikan bahwa pemerintah terus mendorong masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi booster kedua untuk mencegah penularan virus corona khususnya dalam penyebaran subvarian terbaru. Dr Reisa juga mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendapatkan vaksinasi booster kedua dan tidak terpengaruh informasi palsu atau hoaks terkait vaksin.
Dr Reisa mengatakan, vaksinasi booster kedua atau dosis keempat kini sudah dianjurkan bagi penduduk lanjut usia (lansia). Hal itu merupakan salah satu ikhtiar bangsa Indonesia untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Perlu diketahui bahwa dengan vaksinasi, risiko mengalami pemburukan dan juga kematian akibat Virus corona akan lebih rendah.
Dr Reisa mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih terus terjadi. Di saat itu pula, tubuh memerlukan upaya lebih untuk terhindar dari infeksi yang saat ini masih terbukti efektif dicegah dengan vaksin. Sebab, antibodi yang telah diciptakan dari vaksinasi ternyata masih harus mendapatkan suntikan selanjutnya, agar dapat memberikan proteksi maksimal dan menghindarkan masyarakat terutama lansia dari gejala berat serta kematian.
Terkait pemberian vaksin booster kedua pada lansia, pemerintah masih menyediakan layanan tanpa dipungut biaya apapun. Oleh karenanya, bagi lansia yang sudah berusia di atas 60 tahun, bisa mendapatkannya setelah enam bulan dari terakhir kali booster pertamanya.
Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 4 Oktober hingga 21 November 2022 menunjukkan, jumlah orang yang meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19 mencapai 2.449 jiwa dan didominasi oleh usia 60 tahun ke atas. Dengan rincian 48 persen di antaranya belum divaksinasi sama sekali, delapan persen lainnya baru menerima dosis pertama, 26 persen menerima dosis kedua dan yang sudah booster hanya 18 persen.
Oleh karenanya, dr Reisa mengimbau, agar vaksinasi terus dilakukan dan lansia dapat beraktivitas dengan nyaman, sekaligus sebagai upaya percepatan mengakhiri pandemi Covid-19 yang akan memasuki tahun ketiga.
Sementara bagi lansia di bawah usia 60 tahun, dr Reisa turut mengimbau, untuk melengkapinya hingga booster pertama terlebih dahulu sembari menunggu Kemenkes mengumumkan kebijakan selanjutnya.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya di Sidang Kabinet Paripurna tentang kondisi perekonomian tahun 2023, evaluasi penanganan Covid-19, ketahanan pangan dan energi di Istana Negara, Jakarta. Presiden Jokowi meminta agar percepatan vaksinasi booster terus dilakukan, sehingga imunitas masyarakat pun menjadi lebih baik.
Presiden Jokowi meminta agar antisipasi dan mitigasi terhadap penanganan Covid-19, dapat terus dilakukan meski saat ini terjadi penurunan kasus secara signifikan. Ia menambahkan, jumlah kasus harian per 5 Desember kemarin tercatat sebanyak 2.234 setelah sebelumnya mengalami kenaikan kasus harian hingga 7 ribu.
Seperti diketahui, jumlah kasus harian memang tercatat mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir ini. Pada 5 Desember, kasus harian mencapai sebanyak 2.234 dan pada 4 Desember sebanyak 2.548.
Kendati demikian, angka kasus meninggal masih tercatat cukup tinggi yakni per 5 Desember sebanyak 48 kasus dan pada 4 Desember sebanyak 25 kasus. Sedangkan pada 3 Desember tercatat sebanyak 32 kasus meninggal dan pada 2 Desember sebanyak 37 kasus.
Disamping itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy usai acara Germas Award di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, mengungkapkan bahwa pemerintah akan mengoordinasikan kebijakan penanganan Covid-19 menjelang libur Natal dan tahun baru 2023. Ia menyampaikan, kebijakan penanganan Covid-19 di masa libur panjang ini bertujuan untuk menekan angka kasus Covid-19 yang masih terus bermutasi.
Muhadjir menuturkan, penentuan level tiap wilayah pun akan ditentukan dalam koordinasi yang dilakukan. Adapun sejauh ini, seluruh wilayah/provinsi masih level 1. Hal ini sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) terkait transmisi komunitas berdasarkan tingkat kasus, tingkat kematian, dan tingkat perawatan.
Muhadjir menambahkan, penentuan tiap level menyesuaikan tingkat kasus Covid-19 di Tanah Air dimana subvarian Covid-19 yang beredar saat ini, termasuk XBB dan BQ.1 tidak seganas subvarian sebelumnya. Ia berharap tidak adanya varian baru yang berbahaya sehingga tidak akan ada kenaikan level Covid-19 di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa angka kasus Covid-19 sudah relatif terkendali. Ia meyakini bahwa tren kasus Covid-19 ke depan akan terus menurun setelah melewati puncak kasus khususnya di Indonesia.
*) Penulis merupakan kontributor Nusa Bangsa Institut