Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Kasus Penyanderaan Pilot Susi Air oleh KST Papua

Oleh : Rebecca Marian )*

Peran dari para tokoh agama dan para tokoh adat setempat menjadi sangat penting untuk bisa ikut serta dalam upaya mengakhiri kasus penyanderaan pilot Susi Air oleh KST Papua, sehingga kembali menciptakan kedamaian di Bumi Cenderawasih.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua atau yang biasa juga disebut sebagai Kelompok Separatis dan Teroris (KST Papua) terus saja mengulur waktu dan juga sama sekali tidak serius untuk membuka jalan negosiasi terkait upaya pembebasan pilot pesawat Susi Air, Philips Mark Marthens.

Sebagai informasi, diketahui bahwa penyanderaan terhadap pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut sudah memasuki hadi ke-22, yakni tepat sejak peristiwa pembakaran pesawat Susi Air yang dilakukan oleh KST Papua pada 7 Februari 2023 lalu.

Ketidakseriusan yang dilakukan oleh KST Papua jelas sekali terlihat tatkala seblumnya mereka sempat mengajukan sebuah permintaan berupa sejumlah uang dan juga senjata api sebagai persyaratan untuk bisa membebaskan sang pilot. Padahal jelas sekali bahwa permintaan tersebut sangatlah sulit untuk bisa dipenuhi oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI).

Selain itu, apabila memang permintaan yang dikemukakan oleh KST Papua itu adalah sebuah negosiasi, maka seharusnya memang sudah ada tenggat waktu tertentu serta indikator yang jelas dalam pelaksanaan negosiasi tersebut. Maka apabila misalnya tenggat waktu telah terlampaui, Pemerintah RI juga memiliki indikator untuk segera melakukan evalusai apakah negosiasi yang terjalin masih memiliki peluang untuk dilanjutkan atau tidak.

Sedangkan dalam kasus ini, sama sekali tidak ada tenggat waktu yang jelas dari permintaan KST Papua. Hal itu menandakan bahwa memang sejatinya mereka sama sekali tidak serius dalam melakukan negosiasi termasuk melakukan pembebasan Pilot Pesawat Susi Air.

Mengenai hal tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Jayapura, Alber Yoku dalam salah satu acara diskusi di stasiun televisi menyatakan bahwa memang hal yang menjadi sangat penting untuk masyarakat Papua sendiri, khususnya mereka di Papua Pegunungan adalah terkait masalah transportasi. Mengingat, memang akses untuk bisa menuju ke sana dan melakukan pembangunan serta pemajuan peradaban sangatlah sulit, sehingga hanya ada satu jalur transportasi yang memungkinkan, yaitu dengan menggunakan transportasi jalur udara saja.

Tidak bisa dipungkiri bahwa menurut Albert Yoku, kedatangan pesawat-pesawat perintis sejak tahun 1960-an yang dibawa oleh para misionaris dari Jerman dan Amerika Serikat memang bertujuan untuk membuka keterisolasian serta membawa perubahan bagi masyarakat Papua Pegunungan. Sehingga jelas sekali kegiatan pembangunan manusia di wilayah tersebut paling memungkinkan hanyalah bisa dilakukan melewati jalur udara saja. Termasuk kedatangan para tokoh agama, para cendekiawan hingga orang-orang lain yang berjasa di sektor kesehatan dan sebagainya, seluruhnya menggunakan jalur udara.

Dengan tegas Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Jayapura itu menyatakan bahwa para pilot merupakan seorang pahlawan yang mampu membuka keterisolasian dan juga mereka menjadi pahlawan bagi adanya peradaban baru di Papua Pegunungan.

Bukan tanpa alasan, lantaran memang pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pilot ini sama sekali bukanlah hal yang kecil dan mudah, karena mereka benar-benar mempertaruhkan nyawa mereka dengan melakukan penerbangan di jalur yang pendek dan alakadarnya termasuk juga harus menghadapi rintangan berupa kondisi cuaca.

Terkait dengan adanya kasus penyanderaan pesawat Susi Air oleh KST Papua, menurut Alberta Yoku bisa saja dilakukan pendekatan mediasi dan negosiasi secara kearifan lokal, yakni melibatkan peran para Bupati bersama dengan tokoh agama, tokoh adat dan juga Pemerintah. Karena memang pendekatan tersebut secara local wisdom, secara bahasa, budaya dan lainnya, mereka memiliki hubungan emosional yang cukup kuat baik itu dari seluruh kondisi hingga secara iman, keagamaan dan hukum budaya adat.

Albert Yoku menegaskan bahwa apabila karena masalah ini kemudian menyebabkan banyak pilot tidak bisa terbang dan melayani masyarakat di Papua Pegunungan, maka jelas saja akan terjadi kemunduran yang luar biasa. Sehingga memang para pimpinan adat harus bisa berbicara soal adanya kematian perkembangan ini.

Pada kesempatan yang sama, Pengamat Politik, Ikrar Nusa Bhakti juga mengaku bahwa memang peranan dari penerbangan dan pesawat perintis untuk datang ke Papua Pegunungan sangatlah besar dan sangat penting. Sehingga dengan adanya kasus penyergapan bahkan hingga pembakaran seperti ini menbuatnya menjadi sangat sedih.

Memang bisa jadi pendekatan secara keamanan adalah pilihan terakhir, bisa juga Pemerintah RI menggunakan pendekatan lain dengan cara mendatangkan orang ketiga selaku mediator seperti saat penyelesaian konflik di Aceh. Sehingga pendekatan dari para tokoh agama dan kelompok asli daerah Papua memang diprioritaskan terlebih dahulu.

Ikrar Nusa Bhakti menyatakan apabila para tokoh agama bisa menyatu dan memiliki visi misi yang sama dalam hal menyelesaikan permasalahan ini, maka mereka bisa menyelesaikan konflik adat setempat. Bagaimanapun, memang perdamaian di Papua menjadi sangat penting bukan hanya untuk masyarakat Papua dan Indonesia sendiri, namun juga untuk internasional.

Kasus penyanderaan pilot Susi Air oleh KST Papua memang harus bisa segera diakhiri, maka dari itu menjadi sangat penting peranan dari para tokoh agama dan juga para tokoh adat untuk melakukan pendekatan kepada mereka secara kearifan budaya setempat. Karena hal tersebut akan mampu kembali mendatangkan perdamaian di Bumi Cenderawasih.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta