Tokoh Adat Minta Warga Papua Dukung Apkam Berantas KST
Oleh : Saby Kossay )*
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) makin brutal, karena melakukan serentetan tindak kejahatan hingga mengancam nyawa orang lain. Kepala Suku Biak ingin agar KST diberantas oleh anggota TNI dan Polri, karena mereka menyengsarakan rakyat. Warga Papua juga dihimbau untuk mendukung aparat dalam upaya pemburuan KST, agar Bumi Cendrawasih selalu aman.
Papua adalah wilayah paling timur Indonesia yang terkenal akan tempat wisata yang eksotis seperti Raja Ampat dan Puncak Jaya Wijaya. Akan tetapi Papua juga dikenal sebagai tempatnya KST sebagai kelompok pemberontak. Sayang sekali jika ada citra negatif seperti ini, karena bisa menutupi beribu kebaikan lain di Bumi Cendrawasih.
Pemberantasan KST terus dilakukan untuk mengamankan masyarakat. Keselamatan warga diutamakan karena mereka terbukti berkali-kali melakukan penyerangan. Oleh karena itu pemberantasan KST didukung penuh oleh kepala suku di Papua.
Mananwir Hengky Korwa, Kepala Suku Biak Provinsi Papua Barat menyatakan bahwa kebrutalan KST bukanlah budaya asli Papua. Penyerangan yang mereka lakukan adalah tindakan yang tidak manusiawi, dan melukai warga Papua, terutama yang bermukim di Biak. Oleh karena itu ia meminta warga untuk mendukung TNI dan Polri dalam rangka pemberantasan KST. Masyarakat juga diminta untuk tenang dan tidak terpengaruh oleh berita hoaks yang disebarkan oleh KST.
Dalam artian, kepala suku di Papua malu akan keberadaan KST, karena mencoreng nama baik warga di Bumi Cendrawasih. Sebenarnya orang asli Papua baik-baik dan KST hanya oknum yang bertindak kasar, dan tidak mencerminkan sifat asli warga Papua.
Sang kepala suku meminta agar TNI dan Polri menindak KST dengan tegas karena aksi mereka makin membahayakan warga Papua. Menurut Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri, sepanjang tahun 2022 lalu ada 55 orang yang kehilangan nyawa karena serangan KST. Oleh karena itu aparat diminta bertindak tegas terukur agar KST tidak menjadi-jadi.
KST telah banyak menyengsarakan rakyat dan melakukan beberapa kali penyerangan selama tahun 2022. Mereka telah membunuh 3 tukang ojek di kawasan Pegunungan Bintang. KST juga menyerang iring-iringan polisi di Kepulauan Yapen, dan seorang warga sipil yang berada di sana meninggal gara-gara tembakan kelompok tersebut.
Oleh karena itu Warga sipil di Bumi Cendrawasih mendukung penangkapan KST oleh TNI dan Polri karena mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik (yang membuat takut kena peluru nyasar) juga ada teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Masyarakat mendukung TNI dan Polri dalam upaya pemberantasan KST. Mereka sadar bahwa aparat adalah sahabat rakyat. Oleh karena itu kedatangan aparat sangat disambut karena tujuannya untuk mengamankan warga Papua.
Warga Papua sadar bahwa penambahan jumlah personel TNI dan Polri di Papua bukan untuk mengganti status menjadi daerah operasi militer, seperti di Aceh 20 tahun lalu. Namun aparat datang untuk menjaga masyarakat dari ganasnya serangan KST.
Mananwir Hengky Korwa melanjutkan, KST harus dibasmi karena teror mereka menghambat pembangunan di Papua. Dalam artian, kelompok separatis ini sangat merugikan, karena tak hanya memakan korban jiwa, tetapi juga merugikan rakyat karena pembangunan di Papua jadi terhambat.
Penangkapan KST jadi agenda wajib bagi aparat keamanan di Papua, karena mereka juga menghambat pembangunan di Papua. Saat ada pembuatan jalan trans Papua maka KST melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek. Sehingga para pekerja harus dikawal oleh aparat, agar aman dari tembakan KST.
Selain itu, KST juga menghambat pembangunan di bidang pendidikan, karena mereka menembak para guru dan membakar gedung sekolah. Padahal jika tidak ada pendidikan, anak-anak Papua bisa suram masa depannya. Mereka jelas salah karena pendidikan sangat penting, agar orang asli Papua terus maju dan menjadi calon pemimpin selanjutnya.
Sungguh tidak habis pikir, mengapa KST menghambat pembangunan? Padahal jika ada pembangunan infrastruktur, yang menikmati fasilitasnya adalah rakyat. Sungguh aneh ketika mereka menuduh Indonesia menjajah Papua, karena jika menjajah tentu tidak akan ada jembatan dan jalan raya yang representatif.
Ketika ada anggota KST yang ditangkap maka itu adalah hal yang wajar karena mereka memang bersalah. Masyarakat tidak usah menghiraukan tuduhan pihak luar yang bilang bahwa ini adalah pelanggaran HAM, karena justru KST yang melanggar hak asasi warga sipil dengan menembak sembarangan. Jika KST membunuh masyarakat maka sudah masuk ke kasus pembunuhan berencana.
Kepala Suku Biak mewakili suara hati warga Papua, yang menginginkan agar KST segera dimusnahkan di Bumi Cendrawasih. Mereka tidak merepresentasikan kebudayaan Papua dan mencoreng nama baik orang asli Papua. Kepala suku juga ingin agar warga mendukung penuh anggota TNI, BIN dan Polri dalam rangka pemberantasan KST, agar kelompok separatis tersebut bisa tertangkap dan dibubarkan.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta