Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resmi Menjadi Capres PDIP, Elektabilitas Ganjar Pranowo Terus Meroket

Oleh: Faruk Kurniawan )*

Cemerlangnya peningkatan dari angka elektabilitas yang dimiliki oleh Capres PDI-P Ganjar Pranowo terus saja meroket dari berbagai hasil lembaga survei yang berbeda. Bahkan dirinya berhasil terus mengungguli nama-nama kuat lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa memang Gubernur Jawa Tengah tersebut sudah sangat layak untuk bisa memimpin Indonesia ke depannya dan melanjutkan berbagai program unggulan dari Presiden Jokowi saat ini.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) telah secara resmi mengusung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden (Capres) pada kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 mendatang.

Terkait hal tersebut, Ketua Umum (Ketum) PDI-P, Megawati Soekarnoputri menjelaskan bahwa keputusannya untuk pada akhirnya menetapkan Ganjar Pranowo sebagai Capres dari partai berjuluk Moncong Putih tersebut bukanlah sebuah keputusan yang serta-merta dilakukan begitu saja.

Pasalnya, dirinya mengambil keputusan itu dari hasil kontemplasi panjangnya dengan melihat bagaimana harapan yang dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia selama ini. Kemudian, Megawati sendiri sangat menyadari bahwa dirinya memiliki tugas dan tanggung jawab yang begitu besar karena telah dipercaya untuk memiliki hak prerogatif dalam penentuan Capres Pemilu 2024 dari PDI-P, yang mana sekaligus juga akan mencetak sebuah sejarah dan juga mada depan baru bagi bangsa ini.

Setelah melalui proses kontemplasi yang panjang, dengan terus menggunakan seluruh akal budi dan mata hatinya, serta juga telah banyak melakukan diskusi dengan berbagai tokoh politik termasuk Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh jajaran partai lainnya, maka Ketum PDI-P pada akhirnya menetapkan sosok Ganjar Pranowo sebagai Capres.

Lebih lanjut, selama ini memang kaderisasi yang terus dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan telah terbukti berhasil untuk melahirkan banyak sekali pemimpin bangsa yang berkualitas dan juga berintegritas.

Tentunya salah satu pertimbangan yang diambil oleh Megawati sendiri mengenai pengusungan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden RI pada tahun 2024 mendatang adalah lantaran selama ini elektabilitas yang dimiliki oleh pria kelahiran tahun 1968 itu tergolong sangat cemerlang.

Bagaimana tidak, dengan mencermati hasil survei yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, nama Ganjar Pranowo sendiri memang selalu berjajar di barisan nama Capres yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi. Salah satunya adalah survei dari Litbang Kompas menunjukkan bahwa elektabilitas yang dimiliki oleh Gubernur Jawa Tengah itu konsisten terus mengalami kenaikan.

Data menunjukkan bahwa dari bulan Januari 2022 hingga Januari tahun 2023 lalu, nama Ganjar Pranowo terus melejit. Diketahui bahwa pada bulan Januari 2022 saja, elektabilitas yang dimilikinya mencapai angka hingga 20,5% (persen). Kemudian angka tersebut mengalami peningkatan jumlah pada bulan Oktober 2022 hingga menjadi 23,2 persen dan terus saja mengalami kenaikan sampai pada bulan Januari 2023 dengan elektabilitas yang mencapai angka 25,3 persen.

Selanjutnya, pada survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan dalam periode bulan Februari hingga Maret 2023, menunjukkan bahwa memang Politisi PDI-P tersebut memiliki angka elektabilitas yang tinggi. Bagaimana tidak, lantaran dalam simulasi pemilihan presiden (Pilpres) dari 3 (tiga) nama yang disediakan, ternyata Ganjar Pranowo menempati posisi paling tinggi dengan angka elektabilitas hingga senilai 36,8 persen.

Dirinya berhasil mengungguli nilai elektabilitas yang dimiliki oleh Prabowo Subianto dengan angka 27 persen dan Anies Baswedan yang hanya sekitar 26,8 persen saja. Tidak cukup sampai di sana, namun kegemilangan elektabilitas dari Ganjar Pranowo terus meningkat pada hasil survei yang dilakukan pada bulan Maret 2023.

Diketahui bahwa dalam hasil survei yang dilakukan oleh Polmark menunjukkan kalau elektabilitas milik Gubernur Jateng tersebut memang terus berhasil mengungguli nama kuat lainnya sepanjang periode survei bulan Januari hingga Maret, dirinya masih menjadi nama Capres tertinggi popularitasnya dengan mengantongi suara mencapai 22,8 persen, sedangkan Prabowo memiliki 17,4 persen suara, kemudian Ridwan Kamil dengan elektabilitas hingga 5,2 persen dan Anies dengan nilai 3,9 persen.

Indikator Politik Indonesia juga merilis survei dengan hasil kurang lebih serupa. Survei menunjukkan Ganjar masih menduduki posisi puncak dengan 36,8 persen suara. Prabowo di posisi kedua dengan 27 persen dan Anies sebanyak 26,8 persen suara.

Sejak 2022, nama Ganjar, Prabowo dan Anies terus berebut posisi di tiga besar tokoh dengan elektabilitas tinggi. Ganjar meninggalkan dua pesaingnya perolehan suara 42,8 persen dari survei Charta Politik yang dirilis Desember 2022. Angka ini jauh dari perolehan suara Anies di 28,1 persen dan Prabowo di 23,9 persen.

Sebelumnya, survei dari Indekstat Research and Data Science juga menunjukkan hasil serupa. Ganjar menempati posisi atas dengan elektabilitas mencapai 16,5 persen. Survei yang dirilis pada November 2022 ini menunjukkan Prabowo mengantongi 11,6 persen suara dan Anies 9,9 persen suara.

Tak selang lama, Indostrategi Research and Consulting mengungkap elektabilitas Prabowo masih mengungguli Ganjar dan Anies. Meski demikian, Ganjar masih masuk dalam tiga besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi.

Sementara itu, lembaga riset Populi Center merilis hasil survei pada Oktober 2022. Ganjar pun bertengger di posisi puncak dengan elektabilitas 29,7 persen disusul Anies dengan 29,2 persen suara dan Prabowo 27,6 persen suara.

Terus meroketnya angka elektabilitas yang dimiliki oleh Capres PDI-P, Ganjar Pranowo menjadi sebuah bukti nyata bahwa memang dirinya sangat layak untuk menjadi sosok pemimpin. Terlebih, Presiden Jokowi sendiri sempat memujinya bahwa sosok Ganjar adalah pemimpin yang sangat dekat dan peduli dengan rakyat dan mampu melanjutkan seluruh program kerja unggulan yang sudah dibangunnya selama ini termasuk pembangunan nasional dengan paradigma Indonesiasentris.

)* penulis adalah kontributor Jendela Institute