Papua Tidak Kondusif Karena Kehadiran KST
Oleh : Rebecca Marian )*
Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di Papua tidak kunjung menjadi kondusif dan aman, seluruh keonaran tersebut dan juga adanya gangguan atau instabilitas itu tentunya dipicu oleh kehadiran para gerombolan Kelompok Separatis dan Teroris Papua (KSTP).
Pos Komando Taktis (Kotis) Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Mobile Yonif Raider 300 / BJW mendapatkan serangan dari Kelompok Separatis dan Teroris di Papua (KSTP). Bukan hanya sekedar serangan biasa saja, namun kali ini, penyerangan tersebut juga melibatkan seorang anak muda yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk menjadi mata-mata dan mengawasi pergerakan Pos Kotis Ilaga Satgas Pamtas Mobile Yonif Raider 300 / BJW.
Terkait hal tersebut, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Mobile Raider 300 Siliwangi, Letkol Inf. Afri Swandi Ritonga mengatakan bahwa penyerangan itu bermua pada pagi hari sekitar poukul 07:40 Waktu Indonesia bagian Timur (WIT).
Diketahui bahwa pihak Pos Kotis Satgas Pamtas Mobile Yonif Raider 200 / BJW sedang melakukan pengamanan seperti biasanya di pos mereka. Akan tetapi, di tengah pengamanan tersebut ternyata terlihat dari arah SMAN 1 Ilaga terdapat 2 (dua) orang anak remaja yang diperkirakan masih berusia 16 tahun dengan gerak-gerik mencurigakan.
Kedua anak remaja tersebut terlihat terus melakukan pemantauan ke arah Pos Satgas sambil memainkan ponsel mereka. Kemudian, menimbang bahwa memang kondisi belakangan ini di mana di Distrik Ilaga tersebut memang sering terjadi sasaran teror dan juga penembakan yang dilakukan oleh gerombolan separatis itu, sehingga secara cepat tanggah pihak Dansatgas Mobile Yonif Raider 300 / BJW kemudian langsung mengerahkan para personelnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap kedua remaja itu.
Proses pemeriksaan terhadap anak SMA tersebut pun dilaksanakan dengan humanis, namun dari raut wajah remaja tersebut terlihat raut wajah yang sangat panik dan seolah-olah menolak untuk diperiksa, ketika ponsel dari remaja tersebut diperiksa oleh personil satgas, seketika itu juga remaja tersebut langsung melarikan diri dan menghilang kedalam hutan dan tidak lama setelah kejadian tersebut terdengar suara letusan tembakan dari arah belakang SMA yang mengarah ke arah personel yang sedang melaksanakan pemeriksaan.
Letkol Inf Afri Swandi Ritonga kemudian menjelaskan bahwa beruntungnya sama sekali tidak ada korban jiwa pada saat kejadian tersebut. Dengan adanya tembakan yang mengincar kepada para personel Satgas 300 dapat ditakini bahwa kedua remaja itu memang ditugaskan oleh KSTP untuk memata-matai Pos Satgas sebelum pada akhirnya mereka akan melakukan aksinya untuk menggencarkan penyerangan di Pos Satgas.
Lanjutnya, disebabkan oleh suara tembakan tersebut, Dansatgas Mobile Yonif Raider 300/BJW langsung mengerahkan tiga Tim yang dipimpin Pasiops Satgas Mobile Raider 300/BJW, Lettu Inf Dzaky Naufal guna melakukan pengejaran kearah belakang SMAN 1 Ilaga.
Selama pengejaran, sama sekali tidak ada aksi gangguan balasan yang dilancarkan oleh sekelompok KSTP itu. Sehingga pihak tim pengejaran juga melakukan pemeriksaan terhadap beberapa honai yang dilalui sepanjang pengejaran dilakukan. Hingga pada akhirnya, mereka menemukan adalah salah satu honai yang di dalamnya terdapat beberapa barang mencurigakan seperti ponsel, panah, busur, pisau, bendera Bintang Kejora, senter, teropong, kelogong, charger, kepala gergaji hingga barang lainnya.
Dansatgas mengakui bahwa dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa, remaja yang melarikan diri saat akan diperiksa merupakan suruhan dan paksaan KSTP untuk memata-matai pos, hal ini ditunjukkan oleh raut wajah remaja tersebut yang penuh dengan ketakuan dan keterpaksaan untuk mengintai Pos Satgas Yonif Raider 300/BJW. Dan juga dapat dipastikan bahwa anak SMA tersebut juga telah mendapatkan ancaman oleh Kelompok KSTP.
Sementara itu, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dave Akbarshah Fikarno Laksono menuilai bahwa sejaug ini memang situasi dan kondisi yang berada di Bumi Cenderawasih masih tidak kunjung kondusif. Tentunya dengan hal tersebut, menurutnya akan menjadi lebih baik jika aparat keamanan bisa melakukan peninjauan ulang mengenai bagaimana strategi tempur dan pendekatan yang mereka gunakan selama ini dalam menghadapi gerombolan makar itu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang sejauh ini korban luka ataupun korban jiwa akibat ulah dan gerakan yang dilakukan oleh KSTP terus berjatuhan dan juga kondisi di Bumi Cenderawasih sendiri memang masih belum kunjung kondusif. Sehingga memang diperlukan adantya status hukum dari pihak TNI untuk semakin dipertegas dalam melakukan pengejaran terhadap KSTP agar bisa membuat mereka jerah dan tidak melakukan aksinya kembali serta kondisi keamanan dan kedamaian kembali terwujud di Papua.
Jangan sampai apabila berupaya memberlakukan hukum yang tegas, justru disangkutkan dengan pelanggaran HAM dan sebagainya, karena justru sejatinya yang lebih melanggar HAM adalah gerombolan separatis itu.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta