Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Percepatan Distribusi Vaksin di Daerah Kunci Sukses Terbentukya Herd Immunity


Oleh : Arif Rahman )*


Percepatan distribusi vaksin di daerah menjadi kunci sukses terbentuknya kekebalan kelompok (herd immnunity). Dengan adanya percepatan tersebut maka diharapkan pemulihan ekonomi dapat segera berlangsung. 


Andre Surianta, seorang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan, kekebalan komunal atau herd immunity akan sulit terwujud apabila kecepatan pendistribusian dan pemberian vaksin di setiap daerah berbeda terlalu jauh.
Merespons hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, sampai saat ini distribusi vaksin dari pusat ke daerah selalu dimonitor. Pasalnya, Kemenkes mendorong pemerintah daerah (Pemda) baik itu provinsi dan kabupaten/kota untuk melakukan percepatan proses distribusi. Selain itu, Kemenkes juga meminta kepada pemda untuk melakukan monitoring penyuntikan per hari.



    Tentunya kita mendorong pemda provinsi dan kabupaten/kota untuk percepatan distribusi termasuk monitor penyuntikan dosis per hari, sehingga tidak ada kabupaten/kota yang memiliki stok vaksin lebih dari 30 hari. Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan juga menuturkan, terkait stok vaksin Covid-19, saat ini ada dua isu yang terjadi di masing-masing daerah. Pasalnya, ada kabupaten/kota yang merasa kekurangan vaksin dan benar-benar kekurangan.


    Budi menuturkan, bagi daerah yang merasa kekurangan vaksin ini, umumnya setelah terima vaksin, misalnya 1.000 dosis, mereka melakukan penyuntikan hanya 500.000 dosis. Sedangkan 500.000 sisanya ditahan untuk stok penyuntikan dosis kedua.


    Dalam kesempatan konferensi pers secara daring, dirinya mengatakan, atas arahan presiden Jokowi, pihaknya ingin menegaskan sekali lagi bahwa daerah tidak perlu memegang stok karena nanti akan diatur suntikan keduanya dari pusat dari Kemenkes. Jadi pakai saja semuanya disuntik sesuai aturan.


    Dalam hal ini, Budi mengatakan, jika vaksin tersebut diarahkan untuk suntik dosis pertama, maka daerah tidak boleh menahan atau menyimpan vaksin tersebut untuk suntikan kedua. Sebaliknya, apabila vaksin didistribusikan untuk suntikan kedua, maka daerah harus melakukan sesuai dengan instruksi Kementerian Kesehatan. Pasalnya, manajemen stok vaksin tersebut dilakukan di pusat yakni oleh Kemenkes sehingga tidak dilakukan di daerah.


    Budi mengakui, memang ada beberapa yang masih perlu diperbaiki. Karena  kadang-kadang ada sebagian daerah yang menggunakan sebagai suntikan dosis pertama, atau pihaknya menagatakan suntikan satu, ada sebagian daerah tahan sebagai suntikan kedua, sehingga menyebabkan ada stok yang cukup banyak sekitar 25 juta dosis yang ada di daerah.


    Selanjutnya, Budi juga mengatakan, bagi daerah yang stok vaksin benar-benar kosong, hal ini terjadi karena skema distribusi vaksin dari pemerintah pusat dikirim ke provinsi. Lalu, membutuhkan 1 atau 2 hari dari provinsi untuk dikirim kepada Kabupaten/kota. Namun, ada juga yang membutuhkan waktu hingga satu minggu.


    Oleh karena itu, Kemenkes membuat transparansi dengan membuka stok nasional sampai ke level kabupaten/kota. Publik dapat melihatnya pada laman vaksin.kemkes.go.id/#alokasi/vaksin. Budi juga menyebutkan, data pada laman vaksin kemenkes juga ada kemungkinan 100% tidak online karena menginput data tersebut membutuhkan disiplin dari seluruh aparat di daerah untuk mengupdate datanya di sistem Kemenkes. Dengan begitu, sistem distribusi vaksin akan lebih transparan dan saling kontrol.


    Budi juga berharap agar data tersebut dapat digunakan oleh seluruh masyarakat untuk mengetahui stok vaksin di daerahnya masing-masing seperti apa. Selain itu, Kemenkes juga menggunakan data tersebut sebagai antisipasi rencana pengiriman stok berikutnya. Selanjutnya, Budi mengimbau kepada daerah untuk tidak perlu khawatir terkait stok vaksin, karena pada Agustus dan September 2021 ini, Indonesia akan kedatangan cukup banyak stok vaksin. Agustus ini ada 67,6 juta dosis, sementara itu, untuk September akan kedatangan vaksin sebanyak 80,7 juta dosis.


    Kini kita dapat merasa lega, di mana pada awal agustus 2021 lalu, Rumah Sakit rujukan yang penuh pasien telah semakin lowong, kebutuhan oksigen juga mencukupi. Frekuensi lengkingan sirine dari ambulance rujukan juga tidak sesering sebelumnya yang kerap kita dengar dari pagi, siang, sore bahkan tengah malam. Hal tersebut menunjukkan bahwa kasus positif covid-19 telah berkurang secara signifikan.


    Meski demikian, untuk mencapai herd immunity, ada satu faktor penting yang perlu diperhatikan yakni vaksinasi, apalagi vaksin covid-19 akan diberikan secara gratis, sehingga masyarakat yang masuk dalam kriteria penerima vaksin, sudah sepatutnya mengikuti vaksin agar memiliki kekebalan terhadap virus corona.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar pers dan Mahasiswa Cikini