Jangan Lengah Meski Kasus Covid-19 Terus Menurun
Oleh : Dedi Irawan )*
Masyarakat diharapkan tidak lengah terhadap penurunan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan ini. Jika masyarakat lengah dan kendur dalam menerapkan Prokes, maka besar kemungkinan terjadi ledakan Covid-19 seperti yang terjadi di negara lain.
Ada kabar gembira di tengah pandemi ketika kasus Corona diberitakan terus menurun. Dari 50.000 pasien per harinya, pelan-pelan angkanya mengecil jadi 20.000, 10.000, 5.000, dan kini hanya 1.000-an kasus harian. Ini adalah sebuah prestasi besar, karena hanya dalam waktu 2 bulan Corona bisa dikendalikan dengan baik.
Dokter Wiku Adisasmito menyatakan bahwa positivity rate di Indonesia turun hingga tidak sampai 5%. Ini adalah angka yang bagus karena menunjukkan rendahnya penularan Corona di negeri ini. Berarti program-program pemerintah seperti vaksinasi dan PPKM menunjukkan hasilnya, dan masyarakat mulai tenang karena Corona tidak seganas 2-3 bulan lalu.
Namun perlu diingat, saat situasi adem ayem maka ini bisa jadi sebuah marabahaya, karena pada masa tenang bisa jadi ada serangan lagi. Prediksi ahli epidemiologi, pada akhir tahun 2021 ada potensi naiknya gelombang Corona alias serangan yang ketiga. Jadi kita wajib bersiap-siap dan tentu saja berusaha agar hal itu tidak terjadi, karena jika memang iya, efeknya akan sangat mengerikan.
Ketika kurva mulai menurun maka berpotensi akan naik lagi dan sudah ada rumusan yang diteliti oleh para ahli epidemiologi. Oleh karena itu mereka bisa memprediksi serangan Corona gelombang ketiga, karena kenyataannya setelah ada serangan pertama, lalu melandai, ada lagi kenaikan kasus Covid. Jika ini terjadi lagi maka akan sangat memusingkan karena jumlah pasien Covid naik lagi.
Kita tentu tidak ingin berakhir dengan mengenaskan di ranjang RS gara-gara Corona. Oleh sebab itu, masih harus meningkatkan kewaspadaan, walaupun jumlah pasien Covid menurun drastis. Ingatlah saat ini masih masa pandemi sehingga masih ada potensi penularan Corona di Indonesia. Jadi tidak boleh malas pakai masker dan melanggar poin lain dalam protokol kesehatan.
Saat keadaan cukup aman maka kita tidak boleh bersantai lalu mengundang banyak orang untuk pesta barbeque di rumah. Meski judulnya ‘di rumah saja’ tetapi berbahaya karena mengundang orang dari luar. Kita tidak tahu di antara mereka siapa yang jadi OTG dan siapa yang sehat, dan jangan sampai ketularan Corona dari mereka. Sepintas memang seperti paranoid, tetapi di masa pandemi memang harus meningkatkan kewaspadaaan.
Ingatlah bahwa saat ini sudah ada klaster keluarga, yang ditularkan dari klaster perkantoran. Sang ayah kena Corona dari tempat kerja lalu menularkannya juga ke istri dan anak-anaknya. Jika ia tidak ketularan dari rekan kerja maka bisa saja kena Corona saat makan-makan di rumah, yang mengundang banyak orang, karena virus Covid-19 bisa mengintai saat banyak yang melepas masker saat akan menyuapkan hidangan.
Peningkatan kewaspadaan juga bisa dilakukan dengan mandiri, dalam artian kita bisa inisiatif untuk tes rapid secara teratur. Misalnya sebulan sekali atau bahkan 3 kali, jika mobilitas cukup tinggi (karena alasan kesehatan). Setelah screening mandiri dan dinyatakan sehat, maka juga wajib mematuhi prokes 10M. Meski ada di dalam mobil tetap wajib pakai masker, demi keamanan bersama.
Menurunnya kasus Corona di Indonesia membuat kita agak lega tetapi jangan terlena dan ogah-ogahan pakai masker. Prokes masih harus ditaati agar tidak ketularan Corona, dan memang lebih baik mencegah daripada mengobati. Daripada terlanjur sesak nafas karena terjangkiti virus Covid-19, dan berpotensi kehilangan nyawa karena belum mendapatkan vaksin.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute