KTT G20 Bangkitkan UMKM Nasional
Oleh : Deka Prawira )*
KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia membawa banyak dampak positif. Salah satunya adalah bisa membangkitkan Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) Nasional yang terdampak pandemi Covid-19.
Pandemi membuat banyak orang nyaris tumbang karena krisis global, salah satunya adalah pengusaha UMKM. Mereka harus memutar otak untuk tetap bisa survive karena daya beli masyarakat menurun drastis. Pemerintah berusaha agar UMKM tidak gulung tikar dengan memberi Bansos.
Salah satu bantuan lain pemerintah adalah dengan melibatkan UMKM pada gelaran KTT G20. Forum internasional ini akan diselenggarakan di Bali pada akhir tahun. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan bahwa ada 1.500 UMKM yang akan digandeng untuk mensukseskan KTT G20. Mereka akan menjual hasil kriya, kuliner, dan fashion untuk dijadikan suvenir pada delegasi KTT.
Menteri Sandiaga melanjutkan, pekiraan delegasi KTT G20 yang datang ke Bali adalah 7.000-8.000 orang. Dengan demikian maka 1.500 UMKM akan ‘terpakai’ alias semua dagangan mereka sudah pasti akan fix dijadikan buah tangan. Selain itu, aplikasi QRIS juga akan digunakan pada KTT G20 karena merupakan hasil karya anak bangsa.
Penunjukan 1.500 UMKM di Bali untuk memproduksi suvenir merupakan hasil dari perintah Presiden Jokowi. Beliau memang ingin memajukan pengusaha kecil dan menengah, sehingga pada forum G20 adalah saat yang tepat bagi UMKM untuk menunjukkan produk unggulannya.
Para pengusaha UMKM di Bali tentu kecipratan untung dari KTT G20 karena jika delegasi yang datang dalam jumlah besar, maka barang yang laku akan sangat banyak. Dengan demikian, mereka mendapatkan untung besar. Keuntungan ini yang diharapkan karena bisa membuat usahanya bangkit.
Tak bisa dipungkiri, uang menjadi bahan bakar dalam menyehatkan kembali sebuah usaha kecil dan menengah. Jika ada pesanan dalam jumlah besar dari KTT G20 maka pengusaha UMKM tidak jadi berniat untuk menutup bisnisnya. Mereka akan terus semangat karena ada orderan.
Penunjukan UMKM sebagai partner tentu memperlihatkan perhatian pemerintah, khususnya kepada wong cilik. Pengusaha UMKM yang merupakan warga sipil biasa malah diprioritaskan. Pertama, mereka adalah tulang punggung perekonomian neagra, karena 90% pedagang di Indonesia adalah berlevel kecil dan menengah.
Kedua, dengan menggandeng UMKM maka akan mengurangi pengangguran. Logikanya, ketika bisnis UMKM terus maju maka akan mustahil memecat pegawai sehingga pengangguran tidak akan bertambah. Malah pemilik usaha kecil dan menengah akan menambah pegawai lagi sehingga pengangguran berkurang.
Pemerintah bisa saja menunjuk perusahaan besar, bahkan dari luar negeri, untuk membuat suvenir pada gelaran KTT G20. Akan tetapi hal itu tidak terjadi, karena menghargai usaha UMKM dan ingin agar mereka terus maju, serta bangkit dari pukulan saat pandemi. Hal ini yang patut kita apresiasi.
Selain itu, ketika produk dan jasa dari UMKM diperlihatkan kepada delegasi KTT G20, maka mereka akan melihat betapa kayanya kebudayaan Indonesia, karena pasti yang dipamerkan adalah kriya etnis dan menunjukkan keunikan kultural negeri ini. Kekhususan ini yang akan menancap di memori mereka sehingga mengingat bahwa di Indonesia itu istimewa, bahkan suvenirnya pun masih berciri kultural.
Ketika 1.500 UMKM ditunjuk untuk ikut mensukseskan gelaran KTT G20 di Bali maka menunjukkan perhatian pemerintah kepada pengusaha kecil dan menengah. UMKM harus dimajukan karena merekalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Pengusaha UMKM juga senang karena mendapatkan orderan dalam jumlah besar, dan mereka bangga bisa mendukung forum internasional sekelas KTT G20.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute