Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemindahan Ibu Kota Negara Wujud Kemajuan Bangsa



Oleh : Novan Abdillah )*

Ibu kota negara akan dipindah dari Jawa ke Kalimantan. Pemindahan ini diharapkan dapat membawa kemajuan bangsa, karena akan ada pemerataan kemajuan di berbagai wilayah di negeri ini.

Pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, masih menjadi topik yang hot untuk dibicarakan. Maklum baru kali ini masyarakat melihat secara langsung prosesi pemindahan ibu kota, yang tentu membutuhkan persiapan besar. Mereka yakin akan manfaat dari pemindahan ini, demi kemajuan bangsa.

Andrinof Chaniago, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan menyatakan bahwa pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan tujuannya demi kemajuan bangsa, demi wajah baru negeri ini yang lebih Indonesiasentris. Ketika ibu kota dipindah dari Jawa ke kalimantan maka akan meninggalkan stigma lama Jawa sentris, yang telah ada selama ratusan tahun.

Pulau Jawa memang sejak dahulu kala diplot sebagai ibu kota nusantara. Tak hanya di masa kemerdekaan, tetapi juga di era penjajahan Belanda. Bahkan di masa kerajaan Majapahit, Jawa juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan mereka. Oleh sebab itu ketika Indonesia merdeka, amat wajar ketika Batavia, yang berubah namanya jadi Jakarta, dijadikan ibu kota negara.

Akan tetapi kelemahan dari jawa sentris adalah semua pembangunan ada di pulau terebut. Akibatnya ada ketimpangan antara pulau jawa dengan pulau lainnya. Padahal Indonesia tidak hanya jawa, tetapi ada juga sumatera, kalimantan, dan ribuan pulau lain. Jawa jadi identik dengan Indonesia padahal seharusnya tidak, karena wujud dari negeri ini adalah masyarakat dari berbagai etnis.

Jika ibu kota dipindah ke Kalimantan maka otomatis negeri ini akan maju, karena ada pemerataan pembangunan. Pertama dimulai dari Borneo lalu merambat ke pulau lain. Lama-lama semua wilayah akan mengalami kemajuan, dari Sabang sampai Merauke.

Andrinof melanjutkan, janganlah banyak orang meremehkan Kalimantan sebagai wilayah bekas hutan. Penyebabnya karena di pulau tersebut memiliki banyak potensi sumber daya alam. Mulai dari batu bara dan bahan tambang lain, sampai kekayaan alam di hutan belantaranya.

Akan tetapi pembangunan di Kalimantan Timur akibat dibuatnya ibu kota baru juga tidak otomatis merusak hutan di dalamnya, karena sudah menggandeng para ahli, mulai dari insinyur teknik, arsitek, sampai ahli lingkungan. Diusahakan ada minimalisir kerusakan hutan ketika ada ibu kota negara baru. Apalagi di sana yang dijadikan wilayah ibu kota adalah tanah adat pemberian Kerajaan Kutai Kertanegara, sehingga wajib dipelihara.

Menurut Andrinof, Kalimantan bisa dibangun tanpa merusak kekayaan alamnya. Justru nanti yang bisa ditonjolkan adalah wisata sungai dan segala eksotismenya. Jika dipercantik maka kita optimis bisa menarik perhatian banyak turis mancanegara. Bahkan Malaysia sudah ancang-ancang ingin investasi ketika tahu bahwa di Kalimantan Timur akan ada pembangunan untuk sektor pariwisata.

Investasi dari Malaysia membuktikan bahwa pemindahan ibu kota negara adalah suatu hal yang positif. Jika ada banyak investor maka otomatis bisa menambah devisa negara. Dengan begitu, maka pengeluaran pemerintah untuk membangun ibu kota negara baru di Borno akan bisa ditutup dari keuntungan hasil investasi tersebut. Banyaknya investor juga menunjukkan kepercayaan dari dunia internasional.

Kemajuan bangsa akan terwujud dari pemindahan ibu kota negara karena Kalimantan memiliki banyak sekali potensi, mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sampai hasil bumi. Kita optimis Indonesia akan lebih maju saat ibu kota dipindah, dan masalah-masalah di Jakarta seperti kemacetan akan segera teratasi.


)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute