Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KTT G20 Peluang Indonesia Tunjukkan Transformasi Digital


Oleh : Salsa Aulia *)

Selaku Presidensi dalam Konferensi Tingkat Tingi (KTT) G20, Indonesia memiliki peran sangat besar untuk mampu menunjukkan bagaimana kemajuan dari transformasi digital yang sudah digagas dan menawarkannya pada negara-negara lain.

Saat ini memang paradigma dunia sudah berubah menjadi serba digital dengan segala akses kemudahan informasi, maka memang tidak bisa dipungkiri lagi apabila suatu negara ternyata enggan untuk mengikuti perubahan jaman ini, bisa jadi dia akan sangatlah tertinggal sehingga kesempatannya untuk berkembang juga akan berkurang.

Apalagi disatu sisi justru saat ini setiap negara dituntut harus bisa kembali menggerakkan beberapa sektor yang sempat terhambat akibat pandemi COVID-19 dan juga konflik Rusia dan Ukraina. Hal tersebut membuat sangat pentingnya transformasi digital terus digaungkan.

Sementara itu, Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Luthfi menegaskan bahwa Indonesia sendiri selaku Presidensi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) akan terus mendukung adanya transformasi digital serta akan terus berkomitmen untuk membangun sebuah konsensus mengenai inklusifitas yang harus terjadi antara negara dengan paradigma besar berupa pembangunan yang berkelanjutan. Maka dari itu menurutnya transformasi digital harus dilakukan dengan adil, transparan dan juga setara.

Lebih lanjut, Muhammad Lutfi menambahkan bahwa transformasi digital dengan paradigma berkelanjutan yang dimaksudkan adalah mendorong pencapaian beberapa tujuan secara berkelanjutan seperti pengentasan kemiskinan dan juga upaya penyediaan pekerjaan yang layak serta pertumbuhan perekonomian. Seluruh hal tersebut tentunya menjadi kunci dalam kebangkitan negara pasca pandemi Covid-19.

Tidak bisa dipungkiri lagi. menurut mantan Menteri Perdagangan tersebut, bahwa transformasi digital memang memiliki banyak sekali manfaat serta peluang karena akan mampu mengatasi kesenjangan yang terjadi diantara negara yang mungkin kurang dalam akses digitalnya dengan negara yang memang sudah sangat maju. Lantaran jika ketidakseimbangan antar negara tersebut terus dibiarkan, maka secara otomatis tujuan untuk bisa bangkit secara bersama pun akan semakin sirna.

Pentingnya transformasi digital memang sudah menjadi keniscayaan di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini maupun setlahnya. Bagaimana tidak, pasalnya Southeast Asia Region Lead Advisor for Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Lily Yan Ing menjelaskan bahwa setidaknya pada tahun 2020 saja sudah ada 24 persen perusahaan telah menerima pesanan secara daring dan bahkan lebih dari 40 persen perusahaan telah berhasil melakukan pemesanan secara daring pula. Hal tersebut menunjukkan percepatan transformasi digital sudah tidak bisa dipungkiri lagi keberadaannya.

Di samping itu, gelaran KTT G20 sendiri memang merupakan sebuah momentum yang pasti sangat efektif untuk terus menggaungkan transformasi digital tersebut, karena seluruh negara dalam kelompok tersebut akan bersatu dalam perumusan berbagai hal yang mampu diimplementasikan secara bersama termasuk keamanan data, pedoman adopsi teknologi yang baik hingga pengembangan Artificial Intelligence (AI).

Terkait dengan transformasi digital, Indonesia juga sudah melakukan hal tersebut bahkan terus berupaya untuk didorong supaya menjadi dikenal di kancah Internasional. Hal tersebut sebagaimana ungkapan dari Menteri Komunikasi dan Informatika. Menteri Johnny G. Plate saat berkunjung secara langsung ke markas Cisco System di San Jose dan juga markas Meta di San Francisco di Amerika Serikat (AS). Tujuan kunjungan tersebut adalah supaya kedua perusahaan teknologi dunia itu mendukung Indonesia dalam transformasi digital yang sudah dilakukan.

Bahkan, pihak Indonesia, juga sudah menyiapkan sebuah showcase digital transformation dalam KTT G20. Tidak tanggung-tanggung, konsep yang ditawarkan oleh Menkominfo tersebut disambut dengan baik dan disetujui oleh VP of Connectivity Policy Meta, Monica Desai yang mengaku bahwa dirinya sangat tertarik dengan kolaborasi konsep transformasi digital di setiap aspek kehidupan masyarakat.

Baginya, bahkan konsep yang diajukan oleh Indonesia sudah sangat sejalan dengan bagaimana komitmen dari pihak Meta untuk bisa memajukan ekonomi digital dan menghadirkan digitalisasi bagi seluruh generasi masa depan. Bukan hanya itu, namun WW Sales & Country Sponsor dari Cisco, Cassie Roach juga menyambut sangat positif konsep tersebut.

Perlu diketahui pula bahwa memang salah satu forum utama dalam G20 adalah bagaimana caranya seluruh anggota negara mampu untuk meningkatkan kerja sama mereka di bidang ekonomi internasional dengan transformasi digital. Salah satu dari fokus utama yang digagas adalah digital literacy dan juga digital talent, yang mana nantinya akan diarahkan pada peningkatan kesiapan masyarakat dalam kegiatan ekonomi digital.

Sebagai Presidensi G20, Indonesia terus mendorong pemerataan literasi digital dan juga keterampilan digital seluruh masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan transformasi digital yang inklusif, yakni ketika semua negara bisa bersatu tanpa memandang perbedaan kepentingan masing-masing.

Berdasarkan laman resmi sekretaris kabinet RI, bahwa tujuan utama transformasi digital adalah supaya seluruh masyarakat mampu untuk memanfaatkan ruang digital dengan lebih produktif dan juga dinamis demi peningkatan sumber daya manusia yang cakap akan teknologi dan juga mampu untuk mendorong pertumbuhan nilai-nilai ekonomi baru. Terkait hal tersebut, sampai saat ini Indonesia sendiri tengah melakukan penyusunan dokumen G20 Toolkit for Measuring Digital Skills and Digital Literacy yang ternyata hal tersebut mampu digunakan rujukan berbagai negara.

Transformasi digital yang sejauh ini sudah dilakukan oleh Indonesia ternyata bahkan disetujui oleh perusahaan-perusahaan besar di tingkat Internasional. Selaku Presidensi dalam KTT G20 juga, Bangsa ini terus berupaya untuk mendorong negara lain turut melakukan hal yang sama secara inklusif.

* Penulis adalah kontributor untuk Pertiwi Institute