Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KTT G20 sebagai Momentum Inovasi Ekosistem Kendaraan Listrik


Oleh: Zakaria )*

Penyelenggaraan forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali menjadi momentum terbaik untuk bisa menggencarkan inovasi ekosistem kendaraan listrik di dunia, khususnya di Indonesia. Hal tersebut dalam rangka melakukan transisi energi demi pengurangan emisi gas rumah kaca.

Secara resmi, Indonesia menjadi tuan rumah rangkaian acara Presidensi G20 sejak 1 Desember 2021 hingga pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi alias KTT G20 pada 15 - 16 November 2022. Dikutip dari situs resmi Kementerian Keuangan, anggota Forum G20 tersebar dari negara-negara di Benua Eropa hingga Asia. Forum ini setidaknya merepresentasikan 80 persen ekonomi dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan lebih dari 60 persen populasi masyarakat dunia.

Dikarenakan Indonesia sendiri menjadi tuan rumah dalam ajang internasional bergengsi tersebut, selain juga karena banyaknya negara-negara dengan perekonomian berpengaruh di dunia turut hadir didalamnya, maka Kementerian Keuangan menyebut bahwa perhelatan KTT G20 menjadi momentum yang sangat penting guna menentukan banyak kebijakan global, termasuk mengenai transisi energi dan mendukung adanya inovasi ekosistem kendaraan listrik.

Secara umum, Forum G20 memiliki ragam kegiatan, seperti pertemuan tingkat menteri, pertemuan kelompok kerja, pertemuan forum dialog, hingga puncaknya adalah KTT G20 pada 15 -16 November 2022 mendatang di Provinsi Bali. Salah satu persiapan dan inovasi utama yang hendak ditampilkan oleh Pemerintah Indonesia sewaktu KTT G20 adalah penggunaan kendaraan listrik bagi seluruh kepala negara dan delegasi yang hadir di Bali.

Hal tersebut bukan semata karena Indonesia memang ingin menunjukkan citra yang baik didepan seluruh negara anggota G20 saja, melainkan Indonesia sendiri ingin membuktikan bahwa dalam kepemimpinannya menjadi Presidensi G20, bangsa ini mampu menginisiasi adanya upaya transisi energi dunia agar tidak terlalu berpatok pada energi fossil secara terus menerus.

Bagaimana tidak, pasalnya jika terus menggunakan energi berbahan fossil, tentu tidak akan ada penggunaan yang berkelanjutan karena sifatnya yang sangat terbatas, belum lagi pemrosesan dari energi fossil ternyata menghasilkan banyak karbon dioksida yang jelas akan menciptakan banyak emisi bagi lingkungan dan bukan sekedar tidak ramah lingkungan saja, namun dititik tertentu juga akan berbahaya bagi manusia.

Maka dari itu, memanfaatkan momentum penyelenggaraan G20 di Bali, Indonesia selaku tuan rumah benar-benar ingin menunjukkan komitmen besarnya dalam upaya proses transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) tersebut karena hal itu juga menjadi salah satu fokus dunia belakangan ini.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Sekretariat Negara, kendaraan listrik yang dihadirkan oleh pemerintah adalah bus, mobil, hingga sepeda motor. Seluruh kendaraan ini ditujukan untuk keperluan transportasi selama KTT G20. Wakil Presiden Republik Indonesia K. H. Ma’ruf Amin turut menyampaikan bahwa penggunaan kendaraan listrik sewaktu KTT G20 di Bali merupakan titik awal penggunaan kendaraan listrik di Indonesia secara masif.

Maka kembali lagi, bukan hanya untuk tampil baik di hadapan dunia internasional, namun justru ke depannya, segala project mengenai pemanfaatan EBT, yang mana salah satu titik awalnya adalah berasal dari perhelatan G20 ini juga akan benar-benar dilangsungkan secara masif di Indonesia.

Untuk itu, Wapres Ma’ruf Amin menambahkan bahwa beberapa sarana dan prasarana seperti pada fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang dibangun untuk persiapan KTT G20, sama sekali tidak akan dicabut meski penyelenggaraan G20 telah selesai dilaksanakan.

Justru SPKLU tersebut menurutnya akan dilanjutkan dan diharapkan mampu untuk memulai kehidupan yang baru di Bali, termasuk juga menjadi titik awal terkait proses penggunaan mobil listrik di Tanah Air. Di sisi lain, Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Susyanto menyatakan bahwa pihak PLN juga telah mempersiapkan segala sesuatu mengenai kelistrikan, termasuk mulai dari penambahan daya hingga rencana mitigasi apabila misalnya terjadi kendala pasokan listrik di Bali.

Susyanto menambahkan bahwa SPKLU sendiri sudah diselesaikan dan sangat siap untuk digunakan hingga sebanyak 99 persen, dan hanya tersisa satu persennya saja akan terus dikerjakan dan diselesaikan. Bukan hanya itu, namun untuk mendukung seluruh kelancaran Presidensi G20, PLN juga telah melakukan pelipatgandaan listrik di Bali.

Pernyataan Susyanto tersebut turut dibenarkan oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, yang menambahkan bahwa PLN berencana merelokasi pembangkit listrik dari Gresik ke Pesanggaran, Bali. Terkait keandalan operasional sistem, dirinya menambahkan bahwa semuanya sudah mencapai 100 persen.

Transisi energi memanglah menjadi hal yang krusial dan urgen untuk dilakukan demi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan membatasi suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius pada 2050 sesuai Persetujuan Paris. Memperkuat transisi energi yang berkeadilan membutuhkan pendanaan yang berkelanjutan dan inovatif.

Sehingga dengan adanya penyelenggaraan KTT G20 di Bali, tentu menjadi momentum yang sangat baik dalam rangka mendorong terus adanya inovasi ekosistem kendaraan listrik demi kesuksesan transisi energi, yang mana dampaknya nanti adalah upaya pengurangan emisi gas rumah kaca global.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute