Aparat Dikerahkan untuk Menjaga Keamanan Masyarakat dari KST Papua
Oleh : Ones Yikwa )*
Jumlah aparat yang berjaga di Papua makin ditambah, pasca penyerangan Kelompok Separatis dan teroris (KST) di sebuah rumah ibadah. Masyarakat tidak heran karena aparat adalah sahabat rakyat dan mereka senang karena dijaga oleh anggota Polri. KST harus diberantas agar tidak lagi mengganggu masyarakat Papua yang akan beribadah, oleh karena itu penambahan jumlah pasukan di sana adalah hal yang wajar.
Papua saat ini terkenal oleh beberapa hal: pariwisata, alam cantik, dan hasil pertaniannya. Akan tetapi ada 1 hal negatif yang membuat nama Bumi Cendrawasih tercoreng KST. Mereka kompak ingin merdeka dari Indonesia dan tidak percaya pada hasil Pepera (penentuan pendapat rakyat), padahal peristiwa itu sudah terjadi puluhan tahun lalu.
Untuk memperlancar aksinya, maka KST sengaja membuat kerusuhan di Papua dan memusuhi aparat, yang mereka anggap sebagai representasi pemerintah. Selama ini mereka sudah terlalu sering melukai, baik warga sipil maupun aparat yang sedang berjaga. Terbaru, Terbaru, KST menembaki Kodim Persiapan di Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Selasa (28/3/2023). Selain itu, KST juga terbukti membakar rumah guru. Aksi brutal tersebut dilakukan oleh Jelek Waker dan Numbuk Talenggen. Oleh sebab itu, jika ada tindakan tegas terukur, memang diperbolehkan.
Saat ini jumlah aparat yang berjaga di Papua makin ditambah. Polda Papua menambah pasukan di Puncak Jaya dengan mengerahkan anggota Brimob ke daerah itu. Penambahan pasukan tersebut dalam rangka menciptakan keamanan bagi masyarakat. Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri, menyatakan bahwa ia mengerahkan anggotanya untuk memback-up pasukan di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Pegunungan.
Irjen Mathius melanjutkan, pengerahan anggota untuk mempertebal pasukan itu, dilakukan Polda Papua dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. Cara ini ditempuh pasca KST melakukan penyerangan terhadap prajurit TNI Polri yang sedang mengamankan masyarakat yang sedang melakukan ibadah pada tanggal 25 Maret 2023.
Upaya penambahan pasukan itu sebagai respon atas aksi penembakan anggota TNI- Polri oleh KST. Selain itu juga untuk meningkatkan keamanan di wilayah tersebut, atas aksi KKB Papua yang mencemaskan masyarakat.
Pemberantasan KST patut dijadikan fokus utama bagi aparat yang bertugas di Papua. Setelah dibentuk Satgas Damai Cartenz yang terdiri dari gabungan anggota TNI dan Polri, mereka langsung bergerak cepat untuk memberantas KST hingga ke markasnya. Tujuannya agar anggota organisasi teroris ini cepat tertangkap.
Aparat bertindak tegas saat merangsek ke markas KST di daerah Kabupaten Puncak. Meski belum menangkap beberapa anggota mereka yang jadi DPO seperti Sabius Walker dan Lekagak Telenggen, tetapi manuver Satgas Nemangkawi sudah membuat KST ketakutan. Mereka berlari ke markas lain dan bersembunyi agar tidak terkena peluru.
Sementara itu, Deputi V KSP (Kantor Staf Presiden) bidang Hukum, Keamanan, dan HAM Jaleswari Pamodhowardani menjelaskan bahwa KST sangat brutal, oleh karena itu aparat harus bertindak dan melakukan penegakan hukum secara tuntas pada KST.
Jaleswari menambahkan, KST pantas ditangkap karena mereka mengganggu masyarakat sipil. Mereka juga merusak fasilitas umum dan fasilitas kesehatan. Bahkan terakhir, KST tega menyerang para tenaga medis di Kiwirok dan menimbulkan korban jiwa, padahal saat itu sedang bertugas untuk memeriksa kondisi kesehatan rakyat di sana. Oleh karena itu penangkapan KST oleh aparat didukung penuh.
Aparat memang selalu siaga di Papua, bukan untuk mengubahnya jadi daerah operasi militer, tetapi untuk menjaga keamanan masyarakat di Bumi Cendrawasih. Selain aparat yang biasanya bertugas, mereka sangat terbantu oleh Satgas Nemangkawi yang memang khusus diterjunkan untuk memburu anggota KST. Para anggota Satgas adalah putra terbaik bangsa yang rela bergerilya ke hutan demi membela negaranya.
Satgas Damai Cartenz turun langsung untuk mencari markas KST, karena mereka bergerilya sampai tengah hutan belantara dan pegunungan. Kondisi geografis Papua yang masih hijau menguntungkan mereka untuk bersembunyi. Mereka harus sangat teliti untuk menemukan markas KST, apalagi markasnya tidak hanya 1 tetapi banyak dan berpencar-pencar.
Dalam siaran pers Humas Satgas Damai Cartenz disebutkan bahwa tim gabungan TNI dan Polri berhasil memetakan tempat-tempat persembunyian anggota KST. Lokasinya tidak hanya di Intan Jaya, tetapi juga di Distrik Iwika, Mimika, dan daerah-daerah lain. Dengan pemetaan ini maka penangkapan akan lebih terstruktur dan diprediksi berhasil 100%.
Aparat gabungan TNI dan Polri ditugaskan untuk membantu Satgas Damai Cartenz dalam penangkapan KST. Tujuannya agar keamanan warga benar-benar terjaga. Jangan sampai KST lolos dan menembaki warga sipil dan terjadi tragedi lagi karena banyaknya korban.
Ketika ada operasi penangkapan anggota KST, maka masyarakat mendukung penuh aparat keamanan. Mereka tak mempermasalahkannya, karena walau KST sama-sama orang Papua, tetapi kelakuannya sudah merugikan warga sipil di Bumi Cendrawasih. Mereka juga merusak fasilitas umum dan membuat masyarakat ketakutan dan muncul perasaan tidak nyaman saat beraktivitas di luar rumah.
Aparat diterjunkan agar masyarakat Papua nyaman dalam beraktivitas, terutama ketika beribadah. Pasalnya, KST nekat menembak aparat padahal mereka sedang berjaga agar masyarakat lancar saat beribadah. Dengan penambahan aparat maka optimis Papua makin aman tanpa gangguan KST.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali