Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teror KST Papua Tidak Pandang Bulu, Masyarakat Diminta Waspada

Oleh : Timotius Gobay )*

Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua melakukan teror dan meresahkan masyarakat. Bahkan serangan mereka tidak pandang bulu. Masyarakat diminta untuk waspada dan berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah. Jika ada penyerangan oleh KST, mereka dihimbau untuk segera melapor ke aparat keamanan, agar segera dibereskan.

Lagi-lagi KST melakukan penyerangan terhadap warga sipil Papua. Kenekatan mereka spontan mendapat kecaman dari masyarakat, karena sudah berkali-kali melakukannya. Kedamaian di Papua bisa rusak gara-gara KST karena mereka terlalu sering membuat kekacauan dan membahayakan banyak orang.

Tanggal 30 April 2023, warga di Statistik, Dekai, Yahukimo, menjadi korban keganasan KST, sampai kehilangan nyawa. Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Adi Prabowo menyatakan 2 korban bernama Asri Obet dan Yonatan Aruan menjadi korban. Pihaknya masih menyelidiki kasus ini dan melakukan olah TKP, serta penyisiran.

Korban sempat di RS untuk dilakukan visum. Diduga mereka dianiaya terlebih dahulu, baru kehilangan nyawa. Masyarakat mengecam kekejaman KST karena penyerangan mereka bukan untuk pertama kalinya.

Teror KST membuat masyarakat lebih berhati-hati, terutama saat beraktivitas di luar rumah. Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius Fakhiri mengatakan, saat ini aparat masih terus mengejar pelaku pembunuhan di Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.  Masyarakat diharapkan ikut meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di luar rumah termasuk saat ke kebun atau berjualan di kawasan yang sepi penduduk.

Dua orang warga yang diserang oleh KST berstatus pendatang. Masyarakat Papua yang berasal dari luar pulau diharap untuk meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai terlalu asyik di luar rumah lalu tiba-tiba ada anggota KST lalu menjadi korban penyerangan.

Irjen Pol. Mathius Fakhiri melanjutkan, sudah ada dua orang yang ditahan terkait kasus pembunuhan dua warga yang terjadi 30 April 2023. Sementara kasus ini masih dalam penyelidikan untuk mencari tersangka yang lain.

Ketika ada serangan KST maka masyarakat Papua diminta untuk terus waspada, terutama jika keluar rumah. Mereka tidak harus mengurung diri karena suasana masih kondusif. Namun warga Papua diminta untuk lebih mawas diri dan mengawasi keadaan, ketika ada anggota KST maka langsung sembunyi atau lari ke rumah masing-masing.

Jika ada anggota KST maka jangan didiamkan saja, warga harus melaporkan ke pihak berwajib, baik langsung atau via telepon. Jika ada laporan dari masyarakat maka aparat akan langsung datang dan mengamankan, agar tidak ada korban dari pihak sipil.

KST dikecam warga Papua karena menyerang para pendatang. Mereka memecah-belah persatuan di Bumi Cendrawasih. Orang Asli Papua (OAP) tidak mempermasalahkan saat ada pendatang, tetapi KST yang emosi lalu melakukan penyerangan berbasis SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan jumlah gangguan dari KST selama semester I tahun 2022 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama di tahun 2021. Beliau juga mengingatkan anggotanya di daerah rawan tidak lengah dan selalu waspada. Begitu pula dengan warga sipil, terutama yang berprofesi sebagai tukang ojek. Sebab banyak di antara mereka yang menjadi korban.

Irjen Mathius melanjutkan, pada semester I di tahun 2022 tercatat ada 44 kasus gangguan KST. Terdiri dari penembakan, kontak tembak, penganiayaan, pembakaran, hingga perampasan senjata api.  Adapun korban yang tercatat yakni 12 warga sipil, tujuh anggota TNI, satu anggota Polri serta empat orang anggota KST. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus semester I tahun 2021, yakni 33 kasus.

Sedangkan sepanjang tahun 2022 tercatat ada 48 korban jiwa akibat serangan KST. Rinciannya, 35 warga sipil dan sisanya adalah dari aparat keamanan. Penambahan jumlah korban sangat miris karena menunjukkan kekejaman dari kelompok separatis ini. Masyarakat terus membenci KST karena mereka sama-sama orang Papua, tetapi tega menghabisi nyawa saudaranya sendiri.

Dengan banyaknya korban KST maka wajar jika warga Papua diminta untuk mewaspadai serangan dari kelompok separatis tersebut. Pasalnya jumlah korban makin bertambah dan KST tambah beringas beberapa tahun ini, karena masa pandemi. Mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan saat bergerilya di hutan, sehingga nekat melakukan perampokan dan penyerangan terhadap masyarakat.

Mayoritas korban adalah warga asli Papua dan hal ini sangat disesali karena mereka tega menyerang sampai menghabisi saudara sesukunya sendiri. Kebanyakan yang jadi korban adalah tukang ojek dan pekerja di sektor informal, karena dituduh menjadi mata-mata aparat. Padahal mereka hanya warga sipil biasa tetapi menjadi korban kekejaman KST, oleh karena itu mereka harus lebih berhati-hati ketika berada di jalanan.

Teror KST tidak pandang bulu karena yang diserang tak hanya para pendatang tapi juga OAP. KST harus diberantas agar tidak menyerang masyarakat. Mereka sudah melanggar HAM dan melakukan pelanggaran hukum yang berat sampai menghabisi nyawa orang lain.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo