Perangi Hoaks Melalui Optimalisasi Literasi Digital - Seputar Sumsel

Senin, 11 Desember 2023

Perangi Hoaks Melalui Optimalisasi Literasi Digital

 


Oleh : Reenee WA )* dan Elisabeth Titania Dionne )**


Perkembangan digital dan informasi  telah mengubah gaya hidup masyarakat jika dibandingkan dengan jaman dulu ketika sistem digital masih belum berkembang secara semasif sekarang ini. Untuk itu, literasi digital akan membuat masyarakat lebih berhati-hati jika menerima informasi. Hoaks atau informasi bohong yang masif menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dapat diperangi dengan literasi digital.


Presidium Mafindo Komite Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Loina Lalolo Krina mengatakan, dalam literasi digital, masyarakat harus benar-benar teliti. Menurut Loina, literasi digital akan membuat masyarakat lebih berhati-hati jika menerima informasi. Artinya, masyarakat tidak langsung membagikan informasi tersebut. Masyarakat tidak perlu terpancing dengan informasi yang didapat karena salah satu ciri hoaks informasi selalu bombatis dan mengada-ada.


Untuk memerangi hoaks, perlu dilakukan sosialisasi yang masif terkait literasi digital. Dengan demikian, masyarakat tidak begitu saja percaya dengan sebuah informasi yang diterima tanpa mengecek kebenarannya. Peran penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sangat penting untuk mencegah penyebaran hoaks dimana mereka bisa melakukan informasi yang benar melalui situs situs resmi mereka.


Hingga Oktober 2023, Litbang Mafindo mencatat 80 atau 90 persen isu hoaks tentang Pemilu 2024 namun dalam minggu minggu ini terjadi penurunan. Untuk hoaks Pemilu, Mafindo berbeda sedikit dengan data Kementerian Komunikasi dan Informatika Republika Indonesia. Hal itu karena keterbatasan jumlah personil dalam mendeteksinya. Pada November hoaks terkait pemilu angkanya cukup dinamis karena terjadi kenaikan dan penurunan karena sudah dimulainya agenda kampanye. Pada tanggal 28 sampai 30 November angka hoaks sudah 50 namun angkanya  terus menurun jelang kampanye," paparnya.


Liona menjelaskan, dinamika hoaks tergantung apa yang terjadi ditengah masyarakat. Misalnya saat berita kampanye ramai maka hoaks tentang pemilu akan mengikutinya. Sampai saat ini, hoaks tentang Pemilu masih adem ayem karena kampanye masih berlangsung di daerah.


Pada sebuah kesempatan juga, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof Sagaf S Pettalongi menyampaikan bahwa adanya informasi hoaks dan penyebaran ujaran kebencian sangat mengganggu pelaksanaan pesta demokrasi dan kontestasi politik di Indonesia. Menurutnya, perkembangan digital dan juga informasi yang kini melahirkan berbagai macam bentuk platform media sosial, memang harus diakui telah mengubah banyak dari gaya hidup masyarakat jika dibandingkan dengan jaman dulu ketika sistem digital masih belum berkembang secara semasif sekarang ini.


Menjadi sangat penting adanya partisipasi aktif dari seluruh masyarakat di Tanah Air dan juga berbagai pihak terkait untuk bisa secara bersama-sama membantu dalam menangkal hoaks serta penyebaran ujaran kebencian di media sosial demi terus meningkatkan kualitas Pemilu Indonesia.


Menjaga kelancaran Pemilu bukanlah tanggung jawab yang harus ditanggung oleh penyelenggara Pemilu ataupun aparat kepolisian semata. Namun seluruh elemen masyarakat harus turut serta dalam usaha menciptakan suasana yang aman, sejuk dan damai.


Pesta demokrasi Pemilu adalah saat untuk mencari pemimpin yang akan membawa bangsa dan negara  ini ke arah yang lebih baik. Mari kita bersatu dalam menjaga kedamaian dan keamanan sehingga menjadikan Pemilu 2024 sebagai momen perubahan yang positif bagi negeri ini. Hindari berita bohong dan provokasi selama Pemilu 2024, dan bersama-sama kita wujudkan Indonesia yang damai.


)* Penulis adalah Mantan Jurnalis dan Kontributor Media Massa / Pengamat Politik Ekonomi

)** Penulis adalah Kontributor Gelora Media Institute

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda