Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemerintah Optimis Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2024 Semakin Pesat


Oleh : Nagita Salwa)*


Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir. Dengan serangkaian reformasi struktural dan kebijakan pro-ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah, Indonesia telah menunjukkan potensi besar untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia Tenggara. 

Pada tahun-tahun terkini, pemerintah Indonesia semakin optimis bahwa laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan semakin pesat. Berbagai faktor telah berkontribusi pada keyakinan ini, termasuk stabilitas makroekonomi yang diperkuat, peningkatan investasi, dan dukungan terhadap sektor-sektor utama.

Salah satu pendorong utama dari optimisme pemerintah adalah keberhasilan dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi. Melalui kebijakan fiskal yang hati-hati dan kebijakan moneter yang tepat, Bank Indonesia telah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. 

Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Di samping itu, kestabilan mata uang rupiah juga memberikan kepercayaan kepada investor domestik maupun asing untuk terlibat dalam aktivitas investasi jangka panjang di Indonesia.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia 2024 akan tumbuh dalam kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen, ditopang oleh permintaan domestik baik di sisi konsumsi rumah tangga dan investasi.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat. Perkembangan ini didorong oleh permintaan domestik yang baik di konsumsi rumah tangga dan investasi. 

Perry mengatakan investasi bangunan lebih tinggi dari prakiraan, didukung oleh berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah.

Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi nonbangunan tetap terjaga, meskipun perlu terus didorong untuk mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

Tetap baiknya permintaan domestik tercermin pada sejumlah indikator, seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Penjualan Riil, dan PMI Manufaktur yang berada di zona optimis.

Sementara itu, ekspor barang diperkirakan belum kuat seiring penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama, khususnya untuk komoditas crude palm oil (CPO), besi baja, dan batu bara, sedangkan ekspor jasa khususnya pariwisata tumbuh kuat.

Prestasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri semakin menunjukkan titik terangnya. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, Indonesia saat ini masuk dalam urutan negara-negara di dunia yang memiliki angka pertumbuhan ekonomi terbaik.

Pasalnya, berdasarkan data tradingeconomics.com dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah pada 17 Maret 2024 tingkat pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada di urutan 53 dari 185 negara di dunia.

Pihaknya juga menambahkan bahwa Indonesia relatif bersyukur dengan pertumbuhan ekonomi kita masih di atas 5 persen, dan ini diakui oleh dunia, relatif bagus. Di tengah keberhasilan Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi, saat ini banyak negara yang jatuh ke jurang resesi salah satunya Jepang di mana selama dua kuartal secara berturut-turut pertumbuhan ekonominya minus.

Berkaca dari hal tersebut, dirinya mengimbau kepada seluruh pimpinan daerah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan untuk terus memantau kondisi Indeks Perkembangan Harga (IPH) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerahnya masing-masing.

Menurutnya, pengendalian inflasi ini harus kita jadikan atensi yang sangat penting, di samping untuk menjaga situasi ekonomi dan membantu masyarakat dan juga sekaligus kita memang harus secara jeli dan detail setiap wilayah masing-masing.

Tito Karnavian juga meminta pemerintah daerah mewaspadai gejolak alam yang terjadi beberapa kurun waktu terakhir seperti La Nina yang menyebabkan terjadinya banjir di beberapa wilayah di Indonesia. Kondisi ini pun dikhawatirkan akan berdampak pada turunnya kemampuan produksi pangan dalam negeri.

Selain itu, dia juga menaruh atensi 10 provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi pada bulan Februari. Provinsi itu meliputi Papua Selatan, Gorontalo, Papua Tengah, Bengkulu, Papua Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, dan Lampung.

Sementara itu, 10 kabupaten dengan tingkat inflasi tertinggi, yaitu Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Toli-toli, Pasaman Barat, Wajo, Gorontalo, Rembang, Halmahera Tengah, Kampar, dan Muara Enim.

Pemerintah Indonesia juga memperkuat dukungan terhadap sektor-sektor ekonomi kunci yang diidentifikasi memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Pertanian, industri kreatif, pariwisata, dan teknologi informasi adalah contoh sektor-sektor yang mendapat perhatian khusus. Melalui kebijakan stimulus dan insentif, pemerintah berupaya untuk mendorong inovasi, peningkatan produktivitas, dan ekspansi pasar bagi pelaku usaha dalam sektor-sektor ini. Dengan demikian, diharapkan bahwa kontribusi sektor-sektor non-migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan semakin meningkat, memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Secara keseluruhan, pemerintah Indonesia memiliki keyakinan yang kuat bahwa laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan semakin pesat dalam beberapa tahun mendatang. Melalui kebijakan yang progresif dan berkelanjutan, serta dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia berpotensi untuk terus menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia Tenggara dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian global.



)* Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis