Elon Musk Optimis WWF ke -10 Mampu Rumuskan Solusi Pengelolaan Air
Bali - Berbicara di depan para Kepala Negara dan delegasi dalam pembukaan WWF ke-10 di Bali, Pendiri Tesla dan Space X Elon Musk menyampaikan rasa optimis bahwa krisis air bisa teratas dengan adanya sejumlah terobosan. Poitensi untuk menyelesaikan masalah soal air sangat baik karena kita memiliki sumber daya air yang sangat banyak. Melimpahnya air laut dapat diatasi dengan melakukan desalinisasi.
"Di Amerika Serikat, mereka sering berpikir bahwa krisis air tidak dapat diselesaikan, tetapi kenyataan ya krisis ini dapat dibatasi. Menurut saya kita punya masa depan yang cerah di bidang air," ujar Elon.
Selain itu terkait desalinisasi yang membutuhkan energy cukup besar, namun hal tersebut dapat diatasi melalui penggunaan energy alternatif seperti panel surya yang saat ini sudah dilengkapi dengan teknlogi baterai yang efisien untuk penyimpanan energy.
Di tempat yang sama Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa selaku tuan rumah dalam World Water Forum (WWF) ke-10, bangsa ini terus meneguhkan aksi nyata pengelolaan air.
“Indonesia menjadi tuan rumah forum air dunia yang ke-10 untuk meneguhkan komitmen bersama dan merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kepala Negara menyampaikan bahwa saat ini dari sebanyak 72 persen permukaan bumi yang tertutup oleh air, namun hanya 1 persen saja yang bisa diakses sebagai air minum dan keperluan sanitasi.
Bukan hanya itu, namun pada tahun 2050 mendatang, diprediksi hingga 500 juta petani akan mengalami kekeringan.
Oleh karena itu, tanpa adanya air, maka tidak ada pula makanan, tidak terjadi perdamaian bahkan tidak ada kehidupan.
“Tanpa air tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, tidak kehidupan,” ungkap Presiden Jokowi.
Dalam sesi acara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) WWF ke-10 di Bali tersebut, Kepala Negara kembali menegaskan bahwa air harus dikelola dengan baik.
“Oleh sebab itu air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga,” tegasnya.
Sejauh ini Indonesia juga terus melakukan pengelolaan air dengan kearifan lokalnya, mulai dari sepanjang garis pantai, pinggiran aliran sungai hingga ke tepian danau.
Presiden menjelaskan bahwa di Indonesia, memiliki nilai budaya tersendiri terhadap air, yang mana salah satunya yakni Subak di Bali.
Subak sendiri telah dipreaktekkan sejak abad ke-11 yang lalu dan berhasil diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia.
Menurut Kepala Negara, bagi masyarakat Bali, air merupakan kemuliaan yang mengandung banyak nilai seperti spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama.
Kemudian, sejalan dengan tema WWF tahun ini, yakni air bagi kemakmuran bersama, maka Indonesia mengedepankan pentingnya 3 prinsip.
“Menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan dan kerja sama inklusif serta menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama,” ungkap Presiden Jokowi.
“Ketiganya hanya bisa terwujud dengan kolaborasi,” lanjutnya.
Di Indonesia sendiri kolaborasi memang telah menjadi kunci keberhasilan di banyak bidang untuk pengelolaan air.
Maka dari itu, Presiden Jokowi berharap dalam momentum WWF ke-10 ini dunia bisa saling bergandengan tangan secara berkesinambungan.
“Dengan berkumpulnya kita di Bali hari ini, tentu Indonesia berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air,” harapnya.