World Water Forum Usung Kolaborasi Mewujudkan Tata kelola Air Inklusif dan Berkelanjutan
Oleh : Khalilah Nafisah )*
World Water Forum ke-10 di Bali, adalah salah satu acara terbesar dalam kalender global untuk membahas isu-isu air dan sanitasi. Forum ini tidak hanya menyoroti masalah air bersih, tetapi juga mengedepankan peran penting pemuda dalam memajukan solusi untuk masa depan air bersih. Dengan tema “Water For Shared Prosperity” bertujuan untuk mendorong ide-ide inovatif dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan air yang berkelanjutan.
Presiden Jokowi sangat berkomitmen terhadap pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan. Program-programnya, seperti yang dilaksanakan bersama WWF, menekankan pentingnya memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dalam pengelolaan sumber daya air. Ini mencakup perlindungan lingkungan hidup, pemerataan akses terhadap air bersih, pengurangan polusi air, dan pengelolaan secara bijaksana untuk kepentingan jangka panjang.
Kemitraan dengan organisasi seperti WWF membantu pemerintah memperoleh pengetahuan dan dukungan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan dan program yang efektif dalam pengelolaan air. Dengan pendekatan inklusif, semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, swasta, dan pemerintah daerah, terlibat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa kepentingan semua pihak dipertimbangkan.
Dalam pidato pembukaannya di World Water Forum, Presiden Joko Widodo menyoroti pentingnya memperhatikan sistem tata kelola air tradisional, seperti Subak di Bali, sebagai contoh bagaimana kearifan lokal dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam mengelola air secara berkelanjutan.
Presiden Jokowi menekankan bahwa Subak, sebuah sistem irigasi tradisional yang telah ada sejak berabad-abad di Bali, bukan hanya merupakan warisan budaya yang berharga, tetapi juga model yang efektif dalam pengelolaan air dan pertanian yang berkelanjutan. Dia memuji kearifan lokal yang terkandung dalam Subak, termasuk prinsip-prinsip kebersamaan, partisipasi masyarakat, dan pengelolaan bersama sumber daya alam.
Dalam konteks global yang dihadapi tantangan keberlanjutan air yang semakin meningkat, Presiden Jokowi mengajak untuk mengambil inspirasi dari Subak dan sistem tata kelola air tradisional lainnya di seluruh dunia. Dia menggarisbawahi pentingnya memadukan pengetahuan lokal dengan teknologi modern dan praktik terbaik dalam rangka mencapai pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui penghargaan terhadap kearifan lokal seperti Subak, Presiden Jokowi berharap dapat mendorong pembangunan kebijakan yang lebih holistik dan berbasis pada kearifan lokal dalam upaya mencapai ketahanan air dan pangan yang berkelanjutan di tingkat nasional dan global.
Presiden Joko Widodo, pada pembukaan World Water Forum ke -10, mengajak seluruh dunia untuk memprioritaskan tata kelola air yang berkelanjutan demi keberlanjutan produksi pangan global. Dalam pandangannya, pengelolaan air yang efektif dan inklusif adalah kunci untuk memastikan ketersediaan pangan yang memadai bagi semua orang di masa depan.
Di tengah tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi yang cepat, kebutuhan akan air untuk pertanian, salah satu sektor terbesar pengguna air, semakin meningkat. Namun, sumber daya air yang terbatas dan kerentanan terhadap polusi dan degradasi lingkungan menimbulkan ancaman serius bagi ketahanan pangan global.
Presiden Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan antar negara dalam mengelola air secara efisien dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan peningkatan investasi dalam infrastruktur air, penerapan teknologi inovatif, dan promosi praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Salah satu fokus utama Presiden Jokowi adalah memperkuat peran petani dalam pengelolaan air. Dengan memberdayakan petani dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan air secara bijaksana, termasuk melalui penggunaan teknik irigasi yang efisien dan pemantauan kelembaban tanah, kita dapat meningkatkan produktivitas pertanian sambil menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Dalam konteks global, kerja sama internasional diperlukan lebih dari sebelumnya. Presiden Jokowi mendesak untuk pembentukan kemitraan yang kuat antara negara-negara dalam hal pertukaran pengetahuan dan teknologi, serta koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas.
Indonesia juga mendorong investasi dan teknologi baru dalam pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan, serta memperkuat kerja sama regional dan global dalam penyelesaian konflik terkait air dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang berhubungan dengan air. World Water Forum 2024 berupaya penuh menciptakan lingkungan yang inklusif di mana pemuda dapat berbagi pandangan mereka tanpa hambatan.
World Water Forum ke-10 di Bali menegaskan bahwa peran kolaborasi semua pihak demi masa depan air bersih sangat penting. Dengan melibatkan semua kalangan dalam diskusi dan tindakan, forum ini berusaha menciptakan platform di mana pemuda dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi tantangan air dan sanitasi. Melalui hydro-diplomacy dan pendekatan kolaboratif, World Water Forum 2024 memberikan harapan baru bahwa masa depan air bersih dapat diwujudkan dengan terjalinnya kolaborasi aktif semua elemen masyarakat di berbagai belahan dunia..
)* Penulis adalah aktivis isu kepemudaan